Tagline Padang terlihat jelas dari atas jembatan Muaro Lasak saat memandang ke arah puncak Gunung Padang. Tulisan raksasa itu menjadi ikon bernilai tinggi dalam menunjang perkembangan pariwisata Kota Padang. Kerlap-kerlip lampu permukiman warga yang berada di kemiringan bukit, membuat Gunung Padang semakin terlihat indah di malam hari.
Dulu, malu rasanya membawa keluarga jalan-jalan di malam hari. Kenapa tidak. Saat itu, sepanjang Pantai Padang hingga pinggiran Muaro Padang jarang ditemukan tempat nongkrongan yang sesuai.
Kiri dan kanan di sepanjang pantai yang biasanya banyak terlihat tempat pacaran, namun saat ini, pemandangan itu berubah drastis. Kota Padang sudah semakin layak menjadi destinasi wisata keluarga.
Awalnya, saya tidak begitu tahu seberapa gregetnya perubahan dan pembenahan objek wisata di sepanjang Pantai Padang karena sudah lama tak mengitari pinggir laut di malam hari. Tapi, Sabtu malam (19/1), saya mencoba membawa keluarga jalan-jalan di sepanjang garis pantai mulai dari Muaro Lasak hingga ke Jembatan Siti Nurbaya.
Wow, luar biasa, begitu ungkapan spontan yang terlintas dipikiran. Pembenahan objek wisata ini sangat berubah drastis. Indah dan sungguh mengagumkan. Lampu-lampu jalan dan dari deretan pedagang yang tertata rapi di sepanjang jalan, membuat kawasan objek wisata ini hidup dan semakin bagus.
Malam itu, cukup banyak pengunjung yang datang membawa keluarga. Bermain sambil menikmati keindahan pantai di malam hari. Ikon-ikon Kota Padang yang di bangun pemerintah, terasa benar-benar memberi manfaat besar bagi masyarakat.
Meski di awal pembangunannya, pedagang dengan pemerintah sering tidak sepakat, namun sekarang hasilnya benar-benar mereka dinikmati masyarakat setempat. Khusunya pengembangan ekonomi masyarakat di sepanjang pantai.
Tugu IORA (Indian Ocean Rim Association), Monumen Merpati Perdamaian, dan Taman Muaro Lasak, menjadi salah satu kunjungan terfavorit bagi wisatawan. Di sana, banyak pengunjung yang sengaja menunggu senja dan matahari terbenam (sunset). Di bawah tugu merpati yang menjadi arena permainan, terlihat kegirang anak–anak tengah bermain mobilan.
Seiring pembangunan yang terus dilakukan Pemko, begitu banyak perubahan-perubahan yang cukup drastis dan layak diacungi jempol. Sejumlah spot, menjadi lokasi menarik bagi keluarga mengabadikan kebersamaan melalui foto atau selfie. Begitu pula keindahan taman-taman bunga.
Dulu, sepanjang Pantai Padang ini memang terkenal dengan warung remang-remangnya. Alasan itulah masyarakat malas berkunjung membawa keluarga jalan-jalan. Mereka lebih memilih berkunjung ke luar kota, mencari tempat yang lebih aman dan nyaman untuk wisata keluarga.
Tapi sekarang, tidak lagi. Pemko telah berhasil mengembalikan marwah pantai itu. Menyulap dan menjadikannya indah. Tempat-tempat kuliner dan hadirnya wahana permainan di kawasan itu, menjadi magnet, pemikat minat pengunjung untuk tidak bosan datang.
Perubahan yang paling drastis, juga terlihat di sepanjang pinggir dermaga Muaro Padang. Tepatnya di bawah Jembatan Siti Nurbaya. Sejumlah pedagang dengan berbagai macam kulinernya membuat tempat ini juga layak untuk dikunjungi sambil melihat lihat ratusan kapal yang tengah bersandar di dermaga.
Pendestrian yang dibangunan pemerintah di sepanjang pinggir Muaro, dijadikan sebagai tempat bermain bagi anak-anak. Hal ini yang membuat pengunjung lebih memilih duduk di bawah dari pada di atas Jembatan Siti Nurbaya.
Sebelumnya, Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah mengatakan, kawasan Batang Arau akan dijadikan marina oleh pihak Pelindo. Pemko juga bersinergi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) untuk membuat sungai lebih tahan gerusan dengan penguatan sisi sungai dengan beton miring. Sesuai perencanaan, Muaro Padang bakal mirip dengan Ancol.
Percepatan pembangunan kawasan Muaro ini memakan biaya yang besar. Daya dukung anggaran Kota Padang tidak memadai sehingga perlu dianggarkan dari APBD provinsi dan pusat. Oleh karenanya, melalui Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dilaksanakan pembangunan pedestrian dan taman sepanjang sisi Sungai Batang Arau. Pembangunannya menelan anggaran sebesar Rp 25 miliar.
Untuk kuliner, dari dulu Jembatan Siti Nurbaya terkenal dengan jagung bakar dan pisang bakar. Dua kuliner ini menjadi khas yang tak boleh ditinggalkan bila berkunjung ke Jambatan Siti Nurbaya. Namun kali ini, saya dikejutkan dengan satu tulisan jenis menu makanan yang tertera di buku menu. Namannya mie batea-tea. Diambil dari bahasa Minang.
Karena rasa penasaran, saya pun mencoba menu tersebut. Sebelum memesan saya sempat menanya kepada pemilik warung tentang makan itu.
”Hati –hati makannya, jangan cepat-cepat, harus sesantai mungkin,” ungkap pemilik warung.
Ternyata mie batea-tea tersebut bentuknya sama dengan mi goreng biasa. Rasanya enak namun pedasnya itu minta ampun. Meski cuaca dingin, tetap saja berkeringat bila makan mie batea-tea. Kalau soal harga, kuliner di kawasan Jembatan Siti Nurbaya, yang pasti masih tergolong murah.
Meski secara bertahap, objek wisata Muaro Padang terus lakukan pembenahan. Namun masalah sampah masih menjadi momok wisata di kawasan tersebut. Apalagi dalam seminggu terakhit, kawasan Muaro Padang mengalami pasang surut, aroma lumpur sangat kental terasa.
Pada siang hari terlihat jelas, berbagai jenis sampah mengapung di permukaan air Batang Arau. Kondisi ini tentu saja membuat mata kurang nyaman memandang. Apalagi ketika usai hujan dan debit air dari hulu membesar, volume sampah pun meningkat. Sampah-sampah plastik seperti serpihan yang memutih sangat mencolok.
”Sebenarnya Batang Arau ini indah. Tapi karena banyak sampah, jadinya kurang nyaman untuk dilihat,” kata Guspen (45) kepada media ini.
Ia berharap ada pembenahan oleh Pemko Padang, sehingga menjadi lebih bersih dan nyaman untuk dikunjungi. ”Kalau sampahnya dibersihkan secara kontiniu, tentu akan lebih indah dipandang mata,” sebutnya.
Warga lainnya, Jefri (43) juga menyebutkan, keberadaan sampah di kawasan Muaro sudah lama berlangsung dan belum ada solusi konkret. Seiring dengan perkembangan wisata di kota Padang, perlu perhatian serius dari Pemko. Karena walau bagaimana pun, kawasan itu masuk dalam kawasan terpadu wisata Kota Padang.
”Semoga ada perhatian untuk kawasan Batang Arau ini dari pihak terkait. Karena dah mulai ramai. Orang sudah tidak ragu lagi ke sana,” sebut Jefri lagi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Padang, Medi Iswandi mengatakan pembenahan kawasan Batang Arau kini sedang dipersiapkan untuk dikelola oleh 18 OPD di lingkungan Pemko Padang. Saat ini Perwakonya sedang dipersiapkan.
”Dalam waktu dekat akan dilimpahkan ke Bagian Hukum Pemko Padang. Tahun ini Perwako itu akan diberlakukan,” sebut Medi.
Dalam rancangan Perwako itu, Disbudpar, sebut Medi hanya bertugas untuk mempromosikan dan membuat iven. Sementara untuk masalah kebersihan, pembangunan, pembinaan masyarakat diserahkan ke OPD.
”Intinya, masalah kebersihan diserahkan ke Dinas Lingkungan Hidup. Pembangunan fisik oleh Dinas PUPR dan DPRKPP,” ujarnya.
Jembatan Siti Nurbaya yang terletak di kawasan Nipah ini, hampir setiap malam ramai dengan pengunjung. Bila duduk di atas jembatan, pengunjung dapat melihat kerlap-kerlip lampu kapal dan rumah penduduk sekitaran Pelabuhan Muaro sambil menikmati hembusan angin yang masuk dari pintu Muaro mengarah ke pusat kota. (*)


















