Politisi yang condong kepada pemenang dua Pilpres sebelumnya di Sumbar, Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga sama saja. Gerindra mungkin lebih jelas, karena Prabowo yang diusung adalah ketua umumnya. Namun, alat peraga untuk Prabowo juga tidak sementereng 2019 lalu. Masih banyak kader-kadernya yang ragu menggandeng Prabowo dan mendapatkan “tuah” seperti Pemilu sebelum-sebelumnya.
Lebih parah lagi PKB, meski partainya sudah menyatakan diri mendukung Prabowo, tak banyak Bacalegnya yang ngeh. Sangat amat jarang terlihat foto Prabowo bersanding dengan para bakal Caleg partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar ini. Sangat banyak kader PKB yang lebih relah menyosialisasikan Gus Muhaimin ketimbang Prabowo.
Sangat bisa dimaklumi. Karena sampai hari ini, Prabowo belum juga menentukan siapa yang akan disandingnya menuju Pilpres 2024. Tahun 2014 Prabowo menggaet Ketum PAN Hatta Rajasa dan kalah dari Jokowi-Jusuf Kalla. 2019 Prabowo sangat percaya diri bersanding dengan kader Gerindra Sandiaga Uno dan kembali kalah dari Jokowi. Jokowi mengambil Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin sebagai Cawapres.
Sementara Ganjar Pranowo, memang sangat sedikit gaungnya di Sumbar. Mungkin hanya di beberapa basis PDIP saja Ganjar benar-benar eksis, seperti di Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Bahkan, pascapengumuman Ganjar sebagai Capres PDIP oleh Ketum Megawati 21 April 2023, seperti tak ada yang berubah. Sangat jarang para kader PDIP yang berani menampilkan foto-foto Ganjar.
Hal itu kemungkinan karena banyak pengamat politik yang menyebut, Ganjar akan mengikuti jejak Jokowil 2014 dan 2019 di Sumbar. Apalagi lembaga survei kompak menempatkan Ganjar di posisi buncit dengan angka di bawah 10 persen. Bahkan, ada yang merelis Ganjar hanya punya elektabilitas sekitar 7 persen saja di Sumbar. Angka yang sangat rentan jika dipaksa tandem dengan Bacaleg.
Sementara Prabowo dan Anies, disebut-sebut berimbang di Sumbar yang angkanya menyentuh masing-masing 40-an persen lebih. Jadi, akan semakin jarang kita melihat foto Ganjar bersanding dengan kader PDIP, ataupun PPP dan PSI yang telah menyatakan dukungan kepada Ganjar di Sumbar. Karena, politisi tentu tak mau membebani diri dengan kandidat yang tak laku di kalangan pemilihnya.
Kekompakan para Bacaleg di Sumbar yang masih enggan turut serta memeriahkan Pilpres 2024 sebenarnya dapat diterima. Karena, masih banyak yang mengaku belum yakin, kemana arah koalisi dan siapa yang akan diusung oleh partai mereka. Bahkan, masih ada yang menyebut, Prabowo atau Ganjar akan bergabung karena sama-sama “diendorse” Presiden Jokowi. Tapi siapa yang akan menjadi Capres-Cawapres belum jelas. Posisi ini sangat berpengaruh kepada Bacaleg dan pemilih di Sumbar.
Belum lagi adanya desas-desus yang menyebut, akan ada salah satu dari tiga Bacapres, Prabowo, Ganjar dan Anies yang tidak jadi maju. Meski partainya telah terang-terangan menyatakan dukungan. Daripada malu karena sudah over percaya diri, lebih baik ya tadi, wait and see. Ditunggu lagi apa yang terjadi, siapa tahu Mahkamah Konstitusi (MK) membuat sistem Pemilu tertutup, maka para Caleg tak akan banyak yang tertarik merapat lagi.
Presiden pertama Indonesia Ir Soekarno pernah berujar, “Tuan-tuan hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa ini atau di desa situ telah muncul seorang Imam Mahdi atau Heru Cakra. Tak lain tak bukan karena rakyat menunggu dan mengharap pertolongan.” Jadi, apakah yang kita tunggu dari hakim-hakim yang akan menentukan sistem Pemilu kita? Dan calon Presiden seperti apa yang kita tunggu untuk terjun ke Pilpres? Jawabannya ya wait and see. (Wartawan Utama)
















