Setelah badai besar di 2013 itu, Demokrat sampai hari ini belum pulih dari keterpurukan. Apalagi, sudah dua kali Pemilu PDIP menguasai Indonesia dan menempatkan kadernya di kursi Presiden. 2024 mungkin menjadi harapan bagi Demokrat dengan ikon baru, Agus Harimurti Yudhoyono (AH) sebagaiĀ Cawapres.
Anak SBY ini sekarang menjadi ketua umum Demokrat dan telah menyatakan mendukung Anies Baswedan sebagai Capres. Hasil survei Litbang Kompas beberapa hari lalu juga telah memberikan kabar bahagia bagi Demokrat yang menempati posisi tiga dengan 8 persen. Unggul dari Partai Golkar di posisi ke empat yang hanya 7,3 persen. Nilai ini sebenarnya tak beda jauh dengan hasil Pemilu 2019 yang memberikan Demokrat 10,8 juta suara, 7,7 persen dan 54 kursi DPR.
Partai lain yang juga pernah terkena badai politik adalah PKS, ketika Presiden PKS Lutfi Hasan Ishak (LHI) dijadikan tersangka kasus suap impor daging sapi Januari 2013. Menariknya, bagi PKS, kasus ini tidak terlalu berdampak kepada peroleh suara mereka. Badai politik tak membuat pemilih PKS berkurang, malah bertambah.
Pada Pemilu 2014, PKS masih mendapatkan 8.480.204 suara atau 6,79 persen dengan 40 kursi DPR. Sedangkan pada 2009, PKS mendapatkan 8.206.955 suara (7,88 persen) atau 57 kursi suara. Meski suara secara umum naik, PKS kehilangan 17 kursi di parlemen. Jika 2009 mereka menduduki posisi keempat, 2014 terjun ke posisi 7.
Partai yang pernah mengalami badai politik ganda adalah PPP jelang Pemilu 2019. Juli 2015, Menteri Agama yang juga Ketua Umum PPP Suryadharma Ali (SDA) ditetatapkan KPK sebagai tersangka dugaan korupsi penyelenggaraan ibadah haji tahun 2012-2013 di Kementerian Agama. Sedangkan sebulan jelang Pemilu 17 April 2019, KPK menetapkan Ketum PPP Romahurmuziy sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dalam seleksi jabatan di Kementerian Agama 16 Maret 2019.
Bagaimana dengan suara PPP yang sebenarnya sudah terus menurun dari Pemilu ke Pemilu. Badai politik PPP ini membuat suaranya berkurang sekitar 2 juta pemilih. Pada Pemilu 2014, PPP mendapatkan 8.157.488 atau 6,53 persen dengan 39 kursi parlemen. Sedangkan 2019 turun menjadi 6.323.147 suara atau 4,52 persen dengan hanya 19 kursi di DPR. Banyak lembaga survei yang menyebut PPP tak akan lolos parliamentary threshold (PT) sebesar 4% pada 2024.
Badai politik telah menghempaskan partai politik, apalagi yang tersangkut adalah ketua umum atau ikon partai. Jelang Pemilu 2024, sudah lima kader parpol yang ditangkap KPK saat menjadi Menteri. Mereka adalah, Idrus Marham dari Partai Golkar menjadi tersangka KPK karena terlibat korupsi proyek pembangunan PLTU Riau-1 sebelum menjabat sebagai Menteri Sisial (Mensos).
Imam Nahrowi (PKB) ditangkap saat menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) pada kasus penyaluran dana hibah KONI September 2019. Edhy Prabowo (Gerindra) ditangkap KPK saat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KKP) terkait kasus suap impor benur.Ā Lalu ada Juliari Batubara (PDIP), Mensos karena kasus bansos.
Teranyar Johhny G Plate dari Partai NasDem ditangkap dan ditahan karena dugaan terlibat korupsi pada Rabu 17 Mei 2023 oleh Kejaksaan Agung. Johhny merupakan Sekjen Partai NasDem yang diduga mengakibatkan kerugian negara Rp8 triliun. Jumlah yang sangat besar dibanding dugaan kerugian negara pada kasus lain.
Kita lihat saja, apakah penangkapan lima Menteri dari partai yang berbeda ini juga akan menjadi ābadaiā politik bagi parpolnya 2024? Atau malah tidak ada pengaruhnya. Semoga para petinggi partai sampai para kadernya bisa mengingat pesan Konfusius, filsuf dari Tiongkok, āKemenangan sejati bukanlah karena kamu tidak pernah kalah, namun karena kamu sanggup bangkit kembali setiap kali kamu jatuh.ā Kalau ada kader yang korupsi itu dianggap kalah atau jatuh, ya segeralah bangkit. (Wartawan Utama)




















