JAKARTA, METRO – Sektor komoditas Indonesia tahun ini masih berpotensi mengalami pergerakan yang positif meskipun dihadapi tantangan berat dimana mendapat berbagai macam tekanan baik dalam maupun luar negeri.
Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan, jika di lihat secara makro ekonomi, sektor komoditas akan terimbas dari keputusan kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) dimana bank sentral AS masih dilema dalam menaikan suku bunganya sehingga menyebabkan mata uang dolar AS mengalami penurunan.
Selain itu, perang dagang antara AS dan Tiongkok yang masih berlangsung juga turut memengaruhi investasi disektor komoditas. Pasalnya, kinerja perusahaan yang berkaitan dengan tujuan ekspor maupun pasokan impor bergantung pada keputusan dagang tersebut.
”Ini bisa memengaruhi harga komoditas pertambangan seperti minyak, batu bara alumunium, dan nikel,” ujarnya saat dihubungi oleh JawaPos.com, Minggu (20/1).
Meskipun demikian, bagi emiten Indonesia yang berorientasi ekspor masih dapat memiliki performa yang baik khususnya perusahaan penghasil batu bara kualitas tinggi. Hal tersebut akan berdampak positif dari segi permintaan dan akan mendongkrak kinerja keuangan.
”Dari dala negeri emiten melakukan ekspansi bisnis, khususnya emiten batu bara,” kata dia.
Sementara, dari tren sektor komoditas Cruel Palm Oil (CPO) juga diprediksi akan bergerak positif seoring dengan harga CPO di Malaysia tang secara teknikal mengalami over Sold. Sehingga hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh emiten CPO untuk merebut pasar.
”Kita bisa juga lakukan lobi meningkatkan akses pasar. Meskipun Mereka cenderung tidak mau membuka akses pasar, Cenderung diskriminasi. Tapi bisa dimanfaatkan oleh kita mungkin permintaan CPO dari India,” jelasnya.
Nafan Aji menegaskan, secara teknikal, semua sektor komoditas baik pertanian, pertambangan, aneka industri, pembiayaan, dan manufaktur masih berpotensi mengalami tren yang positif.
Hal tersebut tercermin dari beberapa harga saham sektor komoditas yang menggeliat sejak awal 2019, diantaranya PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sahamnya terus naik yang saat ini berada di harga Rp 1.485 per lembar saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 47,5 triliun. (jpc)