Apakah betul, semua Caleg itu akan sejalan dengan Mulyadi? Kalau iya, suara 140 ribu Mulyadi 2019 lalu akan kembali terulang. Memecahkan rekor suara terbanyak DPRD Sumbar, baik Dapil I dan Dapil II. Ini pasti akan menjadi kabar pertakut bagi calon anggota DPR RI dari Partai Demokrat di Dapil itu. Termasuk incumbent Rezka Oktoberia yang 2019 hanya memiliki suara sekitar 20-ribuan.
Rezka menjadi anggota DPR RI menggantikan Mulyadi yang maju Pemilihan Gubernur Sumbar 2020. Berpasangan dengan Ali Mukhni dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang sekarang menjadi Ketua Perindo Sumbar. Mulyadi kalah dari pasangan Mahyeldi-Audy Joinaldy yang diusung PKS dan PPP. Bahkan juga di bawah jagoan Gerindra Nasrul Abit-Indra Catri.
Apakah perseteruan Nofrizon dan Mulyadi akan berdampak kepada suara Mulyadi atau Demokrat di Sumbar 2024, belum pasti juga. Meski Nofrizon juga memiliki loyalis atau tim-tim yang terdiri dari kader-kader Demokrat. Yang tersebar di Kabupaten Agam dan juga Kota Bukittinggi. Daerah yang sebenarnya menjadi basis utama Mulyadi baik di Pemilu maupun Pilkada 2020 lalu.
Jika benar Nofrizon maju ke DPR RI Dapil Sumbar II yang terdiri dari Agam, Bukitittinggi, Padangpariman, Kota Pariaman, Pasaman Barat, Pasaman, Limapuluh Kota dan Payakumbuh, ini akan menjadi semakin seru. Meski, di internal sendiri, Nofrizon harus mengalahkan incumbent tiga periode M Iqbal yang merupakan anak mantan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dan Ketua DPW PPP Sumbar Hariadi.
Alasan logis Nofrizon maju ke DPR RI dari PPP adalah, suara yang akan coba dikalahkannya tidak terlalu besar. 2019 lalu, M Iqbal hanya mendapatkan 28,9 ribuan suara dari total 78,3 ribu suara PPP di Dapil itu. Suara itu nyaris disamai Hariadi yang mengumpulkan 27,7 ribuan suara. Memang PPP menempati kursi keenam dari total enam kursi. Kalau saja Gerindra saat itu dua kursi, kursi PPP hilang.
Bermodal 12 ribuan suara hanya dari Agam dan Bukittinggi, bukan mustahil bagi Nofrizon menggandakannya dengan tambahan suara dari enam Kabupaten dan Kota lainnya. Dengan style dan pengalaman di partai politik dan LSM yang mumpuni, Nofrizon akan mati-matian mendapatkan kursi DPR RI pada Pemilu 2024. Selain menumbangkan kawan di partai barunya, Nofrizon tentu ingin mengalahkan, minimal mengimbangi Mulyadi.
Rivalitas antara Nofrizon dan Mulyadi tak lagi hanya berada di dalam lingkup Partai Demokrat. Tapi akan berubah menjadi lebih luas, karena berada di medan yang lebih besar, enam Kabupaten dan Kota di Sumbar II. Apakah suara 144 ribuan Mulyadi akan membuat Nofrizon takut, pastinya tidak. Nofrizon adalah politisi petarung sejati yang pantang menyerah.
Menunggu “perang” antara dua urang Luak Agam ini pada Pemilu 2024, kita nikmati dulu baliho-baliho perlawanan yang diberikan Nofrizon untuk Mulyadi. Meski sampai hari ini, belum ada komentar Mulyadi soal apa yang disampaikan Nofrizon. Mulyadi ketika mendaftarkan Demokrat ke KPU Sumbar hanya berujar, tidak mendaftarkan orang-orang bermasalah dalam daftar Bacaleg Demokrat.
Raja di Kesultanan Yogyakarta 1880-1939, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII pernah berujar, “Jika tidak ada musuh, tidak akan ada pertempuran, jika tidak ada pertempuran, tidak ada kemenangan, jika tidak ada kemenangan, tidak ada mahkota.” Mungkin bagi Nofrizon dan Mulyadi, ini adalah penyemangat dalam Pemilu 2024. Pemilu yang sistemnya saja belum jelas, terbuka atau tertutup. (Wartawan Utama)




















