PADANGPARIAMAN, METRO – Kepala BPBD Padangpariaman Budi Mulya menjadi nara sumber acara Semiloka dan FGD kajian konvergensi adaptasi perubahan iklim (API) dan pengurangan resiko bencana (PRB) di kawasan metropolitan PALAPA di Kantor Gubernur Sumatra Barat, kemarin. Acara tersebut langsung dibuka Gubernur Sumatera Barat H Irwan Prayitno.
Budi Mulya menyatakan, kota-kota di sepanjang pesisir pantai di Sumatera Barat sangat rentan terhadap perubahan iklim dan ancaman bencana alam.
Untuk itu, demi menunjang pembangunan kota-kota tepi pantai, khususnya terkait perencanaan wilayah pesisir metropolitan Padang, Lubuk Alung, dan Pariaman (PALAPA) sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan, diperlukan kebijakan lebih lanjut dan perencanaan yang lebih dalam.
Semua itu diungkapkan Budi Mulya dalam Semiloka dan Focus Group Discussion (FGD) yang mengangkat tema ‘Pengenalan dan Kajian Awal Konvergensi Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) terhadap Kebijakan Agglomerasi untuk Perencanaan Wilayah Pesisir Metropolitan Padang, Lubuk Alung, dan Pariaman (PALAPA).
Budi Mulya menyatakan bahwa FGD itu merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian penelitian bertajuk ‘Konvergensi API dan PRB Terhadap Kebijakan Agglomerasi untuk Perencanaan Wilayah Metropolitan Pesisir’ yang berada di bawah kerangka PEER Science Cycle 6. Sebuah program hibah penelitian dari National Academic of Science (NAS) dan United States Agency for International Development (USAID).
“Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dari penelitian itu. Pertama, mengidentifikasi dan mengisi gap yang ada terkait integrasi API dan PRB di Indonesia. Kedua, Mengembangkan strategi konvergensi API dan PRB yang relevan secara lokal dan dapat melindungi, serta meningkatkan ketangguhan pusat pertumbuhan ekonomi dan kota-kota pesisir,” ujarnya.
“Kita ingin semiloka dan FGD ini menjadi media untuk berbagi kepentingan, koordinasi, dan komitmen dalam mengidentifikasi isu, permasalahan, serta gap demi pengembangan kawasan metropolitan PALAPA.
Tentu saja, hasil diskusi ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan ketangguhan kawasan pesisir terhadap dari bencana alam dan perubahan iklim,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno mengaku menyambut baik penelitian tentang konvergensi API dan PRB itu. Ia mengatakan, hasil penelitian itu akan menjadi bahan rekomendasi bagi Pemprov Sumbar dalam penetapan rencana pembangunan daerah pesisir pantai serta berbagai kebijakan yang menyangkut penanggulangan bencana di Sumbar.
“Sumbar bisa dikatakan sebagai supermarket bencana alam. Seluruh potensi bencana ada di sini, mulai dari gunung meletus, banjir, tanah longsor, gempa, hingga tsunami. Namun begitu, masyarakat Sumbar tidak boleh pesimis apalagi takut berlebihan.
Karena bagaimana pun, yang paling penting adalah kesiapan kita dalam menghadapi bencana, dengan demikian jumlah kerugian serta korban jiwa dapat diminimalisasi,” tambahnya.(efa)