LIMAPULUHKOTA, METRO – Akhir-akhir ini di Indonesia marak pembahasan mengenai LGBT. LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Yang kini udah mderambanh ke pelosok pelosok di nagari di Sumatera Barat. Bahkan di Sumbar sudah ada kelompoknya yang harus kita bumi hanguskan di Ranah Minangkabau ini.
Tak hanya itu, narkoba, judi dan perbuatan lain yang melanggar hukum pun sudah merusak generasi kita.
”Caranya adalah satu, dekatkan diri kepada Allah SWT dan keterlibatan elemen masyarakat sangat dibutuhklan,” ujar Kapolres Limapuluhkota AKBP Haris Hadis, melalui Kasat Binmas AKP H Syafrizen SH Datuak Rang Batuah, Kutbah Jumatnya di Solok Bio Bio kemarin.
Dikatakan Syafrizen, LBGT ini tergolong sebagai masalah kejiwaan. “Dari sisi kesehatan, LGBT itu masalah kejiwaan. Beda dengan gangguan kejiwaan, kalau gangguan mereka yang tergabung di dalamnya tidak bisa berinteraksi,” tegasnya.
LGBT ditentang keras di Indonesia karena hal tersebut tidak sesuai dan sangat menyimpang dari ajaran agama manapun. Lalu, apa yang menyebabkan seseorang memiliki penyimpangan perilaku dalam orientasi seks tersebut. Tentu saja yang sangat mempengaruhi adalah faktor lingkungan, faktor keluarga dan faktor keturunan.
Dijelaskan Syafrizen, faktor lingkungan bisa memicu terjadinya LGBT, misalnya saja karena salah pergaulan. Dalam berteman, sudah selayaknya kita memilih teman yang memiliki perilaku baik.
Ketika seseorang berteman dengan orang yang termasuk LGBT, ada kecenderungan dia akan ikut menjadi anggota LGBT disebabkan faktor pengaruh teman.
Jadi, lingkungan dan kebiasaan menjadi faktor pemicu paling besar terjadinya LGBT di Indonesia. Adanya pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia juga bisa menyebabkan penyimpangan perilaku ini terjadi.
Selain itu faktor keluarga. Jika seorang anak mengalami kekerasan di lingkungan keluarganya, hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan dia menjadi LGBT. Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang mendapatkan perlakukan kasar dari ayah atau saudara laki-lakinya akan berpikir untuk membenci lawan jenisnya. Alhasil, dia memilih untuk hidup sebagai LGBT karena pengalaman hidup yang tidak mengenakkan.
Oleh sebab itulah, sebut Syafrizen, peranan di dalam keluarga sangat penting. Kehangatan dan keharmonisan keluarga akan mendorong anak untuk tumbuh normal dan wajar. Selain itu, jika kedua orang tua memberikan pendidikan agama dan moral yang baik, hal ini akan membentengi seseorang untuk menyimpang menjadi LGBT.
Setelah itu faktor genetik, kemudian, faktor penyebab LGBT bisa terjadi ialah karena faktor genetik. Maksudnya ialah penyimpangan seksual seperti Lesbian, Gay, Biseksual ataupun Transgender bisa terjadi karena adanya riwayat keturunan dari anggota keluarga sebelumnya.
Dalam tubuh manusia, kromosom seorang laki-laki normal ialah XY dan perempuan yaitu XX. Namun, di kehidupan nyata, bisa ditemukan bahwa seorang laki-laki memiliki kromosom XXY. Kelebihan kromosom ini bisa menyebabkan dia memiliki perilaku menyerupai seorang perempuan. “Yang jelas, kita harus kembali mendekatkan diri kepada Allah SWT,.” kata Syafrizen.
Selain penyampaian kasus ini, Satbinmas juga menyempaikan pesan pesan Kamtibmas soal tertib berlau lintas. Kecintaan terhadap aturan berlalu lintas akan bisa menekan angka korban jiwa melayang sia sia di jalan raya.
Disebutkan Syafrizen, dari data yang diperoleh, sekitar 70 persen hingga 80 persen korban lakalantas itu berasal dari generasi muda. Usia produktif yang mengendarai kendaraan roda dua.
Untuk menepis itu semua, marilah dengan pesan pesan Kamtibmas ini semoga semua komponen masyartakat dan instansi terkairt saling membahu untuk menyikapinya. Apalagi jelang pemilu damai, aman dan badunsanak ini, “Keterlibatan semua pihak sangat kita harapkan,” ujar Syafrizen. (us)