PADANG, METRO – Dampak dari naiknya harga tiket pesawat membuat Tourism Driver Community (Komunitas Sopir Pariwisata) Sumbar mulai mengeluh karena mengalami penurunan kunjungan wisatawan yang sangat drastis. Jika terus terjadi, maka orang akan berpikir untuk bepergian dan komunitas sopir pariwisata pun terancam gulung tikar.
Hal ini disampaikan, Ketua Tourism Driver Community, Aseng Bresco. Ia mengaku, sejak peningkatan harga tiket ini,sopir pariwisata mengalami penurunan pelanggan wisatawan, baik lokal maupun internasional hingga 50 persen.
“Sangat berdampak sama kami. Biasanya sopi-sopir kita membawa wisatawan selalu penuh apalagi Jumat, Sabtu, Minggu. Nah, seminggu kesini semenjak harga tiket melambung nyaris dari separuh driver tidak kebagian penumpang karena tamu yang datang ke Sumbar tidak ada,” keluh Aseng, Senin (14/1) saat dihubungi.
Penurunan wisatawan ini, kata Aseng, terbukti dari jumlah mobil yang ngetem di Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Jika diakhir pekan, setiap mobil selalu ‘berlimpah’ wisawatan namun kini banyak yang kosong. Ia mengungkapkan, dengan harga tiket yang mahal, pihaknya terpaksa harus mengembalikan deposit wisatawan yang membatalkan kunjungan ke Sumbar.
“Kendalanya cuma satu yaitu harga tiket mahal. Ada tamu kita yang datang bulan Februari nanti, malah membatalkan kunjungan ke Sumbar. Ya terpaksa harus dikembalikan depositnya. Tentu imbasnya merugikan sopir pariwisata,” tutur Aseng.
Melihat kondisi ini, menurut Aseng, kebijakan ini harus ditinjau ulang kembali. Jika sampai diteruskan, maka komunitas sopir pariwisata seperti mereka pun bisa ‘lumpuh’. Sebab, aktivitas orang berwisata dipengaruhi oleh harga tiket. Jika harga tiket tinggi, tentu orang akan berpikir ulang untuk berwisata.
“Sebenarnya dari akhir tahun 2018 sudah tampak pengaruhnya, apalagi seminggu ke depan ini sudah terasa sangat turun drastis tamu yang datang. Pihak maskapai harus segera normalkan kembali tiket pesawat agar jumlah kunjungan wisatawan kembali meningkat,” harap Aseng.
Seperti diketahui, tiket pesawat dari Padang ke Jakarta memang sedang mahal. Warga Padang yang ke Jakarta pun memilih transit di Kuala Lumpur, Malaysia.
Dilihat Traveloka, dari situs pemesanan, harga tiket langsung Padang ke Jakarta lebih mahal dibanding via Kuala Lumpur. Untuk penerbangan pada Selasa (15/1) misalnya, harga tiket pesawat Lion Air dari Padang ke Jakarta dengan sekali pergi Rp.1.575.000 per orang. Sedangkan jika transit ke luar negeri Rp1.461.000, harga tiketnya malah lebih murah.
Sementara tiket pesawat Batik Air penerbangan langsung dari Padang ke Jakarta Rp1.585.000. Pesawat Garuda dengan penerbangan yang sama harga tiketnya Rp1.921.600. Air Asia rute Padang ke Kuala Lumpur harga tiketnya Rp1.117.000. Kini warga Padang kebanyakan lebih memilih terbang dulu ke luar negeri kemudian baru ke tempat tujuan di Jakarta.
Terpisah, kekhawatiran serupa juga dirasakan Ketua ASITA Sumbar, Ian Hanafiah. Parahnya lagi, katanya, maskapai penerbangan Garuda Indonesia menduduki posisi teratas soal harga tiket pesawat, yang jumlahnya mencapai Rp2 juta per penumpang.
“Kita di ASITA melihat tiket pesawat Garuda Indonesia, khusus untuk penerbangan Padang-Jakarta dengan waktu penerbangan yang tidak sampai dua jam, harga tiketnya termahal jika dibandingkan dengan penerbangan domestik lainnya,” kata Ian.
Menurut Ian, cukup besar dampak yang dirasakan akibat dari mahalnya tiket pesawat itu, terutama bagi Sumbar yang merupakan daerah tujuan wisata domestik dan internasional. Saat ini, upaya yang dilakukan ASITA ialah meminta kepada pihak Garuda Indonesia yang berada di Kota Padang.
“Hasilnya apa, pihak Garuda Indonesia menyatakan, bahwa soal kebijakan kenaikan harga tiket merupakan wewenang dari Garuda Indonesia di Jakarta, bukan di daerah,” tutur Ian. (mil)


















