Seperti yang menimpa Aris, salah seorang staf kantor Nagari Lalan, Kecamatan Lubuk Tarok, Kabupaten Sujunjung, yang mengatakan mendapat penolakan saat berobat di Puskesmas Lubuk Tarok. Penolakan tersebut dibenarkan oleh Wali Nagari Lalan, Martonis. “Bukan saja ditolak, tapi staf saya yang minta surat rujukan untuk berobat ke rumah sakit juga tak diberi petugas di Pukesmas Lubuk Tarok itu,” keluh Martonis pada awak media, pada Kamis (10/1), sehari sesudah kejadian.
“Saya berani bertanggung jawab menyampaikan hal ini dan ini bukan hoaks tapi nyata. Saat itu sekitar jam sebelas lewat sedikit (23.30 WIB), staf saya yang bernama Aris itu datang ke Puskesmas Lubuk Tarok dengan kondisi pucat dan rawut wajah menguning. Sayangnya, sesampai di Puskesmas pada Rabu (9/1) petugas mengatakan tak bisa melayani karena pasien banyak. Parahnya lagi, minta surat rujukan pun staf saya itu tak dapat,” keluhnya.
Tidak hanya di puskesmas, keluhan juga terjadi di RSUD Sijunjung. Pasien atas nama Naila Husna (10) dan pihak keluarga juga menyesalkan pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit. Masalah ketidaktransparanan manajemen RSUD Sijunjung itu soal biaya pengobatan juga dikeluhkan.
“Anak saya masuk ke RSUD Sijunjung saat itu pada 29 Desember 2018 dan dirawat dari ruang kelas satu dan pindah ke VIP ruang VIP Banio II. Setelah 24 jam tak juga ada kejelasan sakit yang diderita dan hanya bilang penyakit virus dan mandel. Tak ada kejelasan hasil labor tentang sakit anak saya itu,” ucap Asril orang tua dari pasien pada awak media Sabtu (12/1).
“Di ruang VIP itu masa iya pasien hanya diberi makan tanpa menu tambah, buah dan susu. Karena tidak bagusnya pelayanan, saya terpaksa membawa pulang anak saya. Parahnya lagi, hanya dirawat semalam dikenai biaya selangit, yakni mencapai Rp1.783.650, tanpa rincian. Inilah yang jadi tanda tanya bagi saya, padahal anak saya memiliki BPJS dengan nomor kartu 00012/4623121,” ucap Iptu Asril yang merupakan Kasat Sabhara Polres Sijunjung.
Dijelaskannya, manajemen RSUD itu hanya memperlihat dasar SK Direktur RSUD Sijunjung, Nomor;445/059/KPTS-Dir/RSUD-2017, yakni tentang tambahan biaya kelas pelayanan Rawat Inap ke kelas VIP Jaminan Kesehatan Nasional Badan Layanan Umum Daerah RSUD Sijunjung.
Karena kesal, lalu Asril pun kemudian membawa anaknya berobat ke RSUD Sawahlunto. “Di RSUD Sawahlunto itu langsung anak saya masuk ke ruang VIP. Hanya dengan waktu diagnosa sekitar setengah jam, Alhamdulillah penyebab sakit anak saya pun jelas. Sakitnya cuma lekosit rendah (faktor kelelahan). Pelayanannya pun sangat prima dan baik,” paparnya.
“Alhamdulillah, dengan menjalani perawatan dari Senin (31/12) pukul 04.30 WIB dan cek out Kamis (3/1) hanya bayar Rp248.883. Nah, kan sangat jauh selisihnya dan juga itu ada rinciannya,” ungkapnya saat mengisahkan kejadian yang dialaminya.
Disisi lain, Direktur RSUD Sijunjung, Dr. Diana Oktavia, yang dihubungi awak media, Minggu (13/1) via telepon selularnya tak menapik komplain yang disampaikan keluarga pasien. “Memang benar keluarga pasien itu komplain. Lagi pula hari itu sudah ketemu dan keluarga pasien sudah datang ke RSUD dan pihak kita juga sudah menjelaskan kronologisnya. Saat itu yang menjelaskan Kabid Pelayanan, KTU, Kabid Kuangan dan petugas VIP terkait kebijakan sesuai SK Direktur RSUD sebelumnya,” ucap Diana.
“Setiap RS tentu kebijakannya bebeda-beda dan itu SK direktur sebelumnya dan nanti akan kami evaluasi. Walaupun sebulan dirawat tetap segitu dan itu tarif paket sesuai ketentuan BPJS dan itu di izinkan Kemenkes terkait tarif antara 20 hingga 78 persen. Di RSUD Sijunjung mengambil tarif 50 persen dan malah sudah disetujui orang tua pasien ketika itu,” jelasnya.
“Ya, jika memang ada keluarga paien merasa berat 50 persen, tentu akan kita turunkan jadi 20 persen dan ini akan kita dudukan,” tambahnya.
Sekda Zefnihan mengatakan, Pemkab melalui badan pengawas akan menelusuri pokok persoalannya, dan tentu mendorong upaya untuk terciptanya layanan yg maksimal kepada pasien. “Pembenahan terkait dengan penyiapan infrastruktur, kesiapan SDM. Kerjasama dengan BPJS ditingkatkan sehingga persoalan-persoalan yang sering dihadapi tidak berulang,” jawabnya. (ndo)