PADANG, METRO – Tanggal 10 Januari 1966 merupakan hari bersejarah bagi perkembangan Republik Indonesia. Di tahun tersebut, mahasiswa melakukan aksi dikenal dengan nama Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) secara besar-besaran, pascapemberontakan G-30-S/PKI tanggal 30 September 1965.
Memperingati hari tersebut, Angkatan 66 di Sumatera Barat (Sumbar) melakukan serangkaian kegiatan untuk mengingatkan kembali generasi muda tentang sejarah bangsanya, Kamis (10/1) di Auditorium Gubernur Sumbar.
Tritura adalah tiga tuntutan rakyat ketika itu, pembubaran PKI, retooling kabinet (rombak kabinet) dan turunkan harga. “Itu tuntutan masyarakat waktu itu dan ini yang dirasakan masyarakat waktu itu,” ujar Ketua Panitia Pelaku bedah buku dan peresmian Monumen Angkatan 66, Bakhtiar Kahar, Kamis, (10/1).
Menurut Bakhtiar, generasi muda harus mengetahui sejarah masa lalu dan jangan larut dalam reformasi, seolah-olah yang ada saat ini benar semuanya. “Harus ada koreksi total terhadap apapun perjalanan bangsa. Era demokrasi liberal saat ini generasi muda harus bangkit untuk menilainya lebih baik, banyak sebenarnya hal dan menjadi perhatian generasi muda saat ini,” sebutnya.
Sementara itu, Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno menuturkan, bahwa generasi muda harus jadi pejuang. “Tritura menjadi inspirasi, seperti turunan harga, memang waktu itu terjadi inflansi, kemudian juga menuntut pembubaran PKI, peristiwa Tritura adalah sejarah, bisa berulang bisa tidak tergantung situasi dan kondisi,” tukas Irwan.
Kata Irwan, kalau dilihat sejarah Tritura, tidak ada namanya demonstran bayaran, ini tentu berbeda kondisinya dengan sekarang. “Dulu mana ada demonstran bayaran, kalau sekarang banyak. Oleh sebab itu, perubahan itu ada digerasi muda, bukan tidak percaya pada generasi tua. Harapan kita, mahasiswa jangan terkontaminasi sehingga hilang intelektualnya,” sebut Irwan.
Selain dari memperingati hari Tritura, Angkatan 66 Sumbar juga melaksanakan bedah buku “Pelaku sejarah angkatan 66 bertutur tentang Tritura” dan peresmian monumen angkatan 66 yang berlokasi di Jalan Ahmad Karim Bukittinggi. (fan)













