PASARRAYA, METRO–Pemerintah resmi menaikkan harga BBM Pertalite, Solar dan Pertamax per 3 September 2022 lalu. Kenaikan ini langsung berimbas kepada harga-harga komoditas yang semakin mahal. Keputusan pemerintah yang tetap menaikkan harga BBM bersubsidi ini sama saja mencekik rakyatnya sendiri.
Seperti diketahui, harga BBM Pertalite naik dari Rp 7.650/liter menjadi Rp 10.000/liter, Solar naik dari Rp 5.150/liter menjadi Rp 6.800/liter, Pertamax naik dari Rp 12.500/liter menjadi Rp 14.500/liter.
Hanya beberapa hari setelah resmi dinaikkan, tidak hanya harga barang kebutuhan pokok yang naik, namun sejumlah barang lainnya juga makin mencekik leher masyarakat kecil. “Saya coba cek harga ke pasar, ternyata memang langsung naik,” kata salah seorang warga, Marzuki (50), Kamis (8/9).
Ia menyebutkan, kemarin baru saja mencek harga karpet. Karpet yang biasanya cuma Rp500 ribu semeter, sekarang naik mrnjadi Rp750 per meter.
“Gawat naiknya. Saya kira belum berimbas, ternyata sudah mulai naik semua. Kata penjual, harga BBM naik, ongkos juga naik,” kata Marzuki.
Ia sangat menyayangkan kenaikan harga BBM oleh pemeirntah secara signifikan. Sehingga semua terkena imbasnya. Sementara sebagai kompensasi pemerintah hanya membeir bantuan pada orang miskin sebesar Rp. 600 ribu untuk tiga bulan.
Pemerintah menurut dia benar-benar tidak memiliki empati. Kenaikan harga BBM bersubsidi akan mencekik masyarakat miskin yang sudah terhimpit beban hidup akibat efek pandemi yang belum tuntas.
“Kebijakan pemerintah memberikan bantuan subsidi upah atau pun BLT, tidak sebanding dengan dampak kenaikan BBM bersubsidi. Ini penyelesaian instan yang tidak efektif menutup dampak kenaikan. Rakyat miskin dikasih bantuan Rp600 ribu, setelah bantuan habis, menangislah masyarakat ini merasakan harga semua barang pada naik,” kata Marzuki.
Warga lainya, Desri (35), juga mengatakan hal sama. Menurutnya dalam kondisi sekarang saja beban masyarakat sudah berat, ditambah lagi beban kenaikan harga barang-barang.
“Tak tahu kita jalan pikiran pemerintah sekarang. Dari pada stres dengan kenaikan harga ini dan itu lebih baik serahkan saja diri kepada Allah. Semua sudah diaturnya,” ungkap Desri.
Sementara Ketua Komisi II DPRD Padang Jumadi mengungkapkan, kenaikan harga BMM akan berimbas kesemua lini kehidupan masyarakat. Yang paling merasakan dampaknya adalah masyarakat dengan kelas ekonomi ke bawah.
Menurut Jumadi, imbas kenaikan BBM memiliki efek domino terhadap kenaikan harga barang pokok dan berbagai komoditas sehingga keluarga pra sejahtera yang menjadi wajah masyarakat kecil makin sulit memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
Selain itu, pekerja sektor informal seperti petani, nelayan, UMKM, sopir angkutan, pedagang keliling akan semakin sulit bertahan hidup akibat kenaikan BBM bersubsidi ini.
“Mau bagaimana lagi, pemerintah pusat sudah menaikkan BBM. Dan sudah disiapkan BLT untuk warga tidak mampu dan akan diberikan setiap bulan mulai September sampai Desember,” ujar kader Golkar ini, kemarin.
Jumadi mengatakan, dengan kenaikan BBM yang pasti biaya transportasi merupakan sektor pertama yang terkena dampaknya. Baik transportasi umum maupun kendaraan pribadi, ongkosnya sekarang menjadi semakin mahal.
“Biaya transportasi umum yang pakai bus, pakai ojek online, angkot dan lain-lain ini akan mengalami peningkatan dan termasuk untuk biaya transportasi kendaraan pribadi yang sepeda motor maupun kendaraan roda 4,” ulasnya.
Sementara, harga bahan pokok bisa naik karena biaya produksi pertanian hingga biaya angkut dari petani ke pasar akan lebih mahal. Komoditas yang rentan alami kenaikan imbas dampak harga BBM seperti beras, aneka cabai, telur, serta daging ayam dan juga sayur mayur.
Sementara, anggota Komisi II DPRD Padang, Elly Thrisyanti mengatakan efek domino bagi warga tentu ada. Apalagi pandemi belum benar-benar selesai.
“Kita berharap Pemko Padang dapat menjalankan program pusat yang diberikan yakni pemberian BLT tepat sasarannya dan usulkan warga yang berhak menerimanya,” ujar kader Gerindra ini.
Menurut dia dengan kenaikan BBM, maka akan berimbas dengan kenaikan harga kebutuhan pokok. Dan yang paling merasakannya adalah keluarga dengan ekonomi ke bawah. “Harga makin mahal dan warga akan menjerit dan makin susah karena semua serba mahal,” ulas Elly.(tin/ade)
