Hendri: Ending Pendidikan Madrasah Ada di MA
PADANGPANJANG, METRO – Sejuknya udara Padangpanjang menjadi lokasi strategis untuk Ngopi (Ngobrol Pendidikan Islam). Kesempatan ini juga diambil Kanwil Kemenag Sumbar dimotori Bidang Pendidikan Madrasah mengumpulkan Kasi Penmad se-Sumatera Barat untuk Ngopi. Ngopi salah satu program unggulan Menteri Agama yang diluncurkan saat Rakernas awal 2018.
Kegitan Ngopi ini digelar sejak Sabtu – Minggu, (8-9/12) di Mifan Water Park. Kurang lebih 35 peserta hadir bersama Kepala Kanwil Kemenag, Kabag TU, Kabid Penmad, Kepala Kankemenag Padangpanjang dan Kasubbag di lingkungan Kanwil Kemenag Sumbar.
Kepala Kanwil Kemenag Sumbar, Hendri mengatakan, kopi itu luar biasa, ada pahit dan ada manis keduanya harus ditelan. Filosofi kopi memang begitu jangan pahitnya dibuang tapi manisnya ditelan.
Ditegaskan Hendri, Ngopi dilaksanakan, targetnya adalah terjalinnya koordinasi antar Kanwil khususnya Bidang Penmad dengan Kasi Penmad kabupaten kota. Bicara masalah kualitas madrasah dengan slogan hebat bermartabat, itu jawabannya ada pada kompetensi Bidang dan Kasi Pendidikan Madrasah dan guru-guru.
“Paling tidak ada beberapa komponen pendidikan yang harus terwujud, pertama guru harus hebat. Karena guru yang berhadapan langsung dengan siswa, mendidik, mangajar dan melatih anak-anak. Apakah guru sudah memenuhi kompetensi sesuai dengan undang-undang. Tugas kita mengawal dan meningkatkan kompetensi dan kualitas,” ungkap mantan pejabat Kemenag Agam ini.
Komponen yang kedua lanjut Hendri lagi, siswa. “Kita harus mengevaluasi input, proses dan output. Saya buat satu tekad dan minta seluruh Kasi Penmad menegaskan kepala madrasah bahwa siswa 10 besar harus masuk lagi ke madrasah,” bebernya.
“10 besar siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) harus masuk ke Madrasah Aliyah. Karena ending dari proses pendidikan madrasah itu ada di Madrasah Aliyah, bukan Tsanawiyah atau Ibtidaiyah. Ini saya tegaskan kembali lagi, terserah bagaimana caranya,” begitu warning Kakanwil kepada Plt Kabid Penmad, Kasmir.
Hendri sangat optimis, jika bisa membuat Madrasah Aliyah berkualitas, maka perguruan tinggi sudah ada di tangan alumni madrasah Sumbar. Maka duta-duta madrasah akan ada di seluruh perguruan tinggi hebat baik nasional dan international.
“Selama ini manjadi kebanggaan bagi kita ketika anak madrasah masuk ke sekolah umum yang sebagian besar mendongkrak nama SMA atau SMK. Kenapa kita lepaskan, tentu hal ini dengan cara kesadaran bukan sebuah keterpaksaan,” begitu ulasan Hendri.
Komponen yang ketiga tambah Hendri, kurikulum. Kunci madrasah hebat bermartabat itu ada pada kurikulum. Kurikulum itu harus memenuhi prinsip relevansi, fleksibalitas, kontiniutas, praktis dan efektif. “Fleksibal ini mungkin bisa kita pakai bagaimana bisa menerapkan nilai-nilai adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dalam kurikulum di madrasah. Jika memungkinkan kenapa tidak kita terapkan,” harapnya.
Kemudian kata Hendri, komponen keempat sarana dan prasarana. Saat ini madrasah di Sumbar berjumlah 1.123 madrasah. 40 persen diantaranya madrasah swasta dan 60 persen negeri. Namun terkadang madrasah negeri kalah oleh madrasah swasta. Ini tentu ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam sistem pendidikan madrasah.
“Kita menyadari pendidikan Islam itu memiliki tujuan yang khas. Tugas kita ke depan adalah bagaimana kita memperkuat identitas pendidikan Islam pada setiap jenjang mulai dari walaupun sudah ada arah ke sana namun belum semua. Misalnya shalat dhuha, sebelum belajar membaca Alquran. Ini salahs atu program penguatan pendidikan Islam,” pintanya kepada Kepala Madrasah melalui Kasi Penmad.
Sementara Kabag TU, Irwan sebelumnya menyampaikan bahwa evaluasi juga perlu dilakukan terhadap program yg telah dilakukan untuk perbaikan kerja 2019. Sudah saatnya madrasah mengoptimalisasikan asrama di madrasah, perlu adanya penguatan kompetensi Iptek terhadap siswa madrasah dengan peningkatan kualitas pembelajaran.
“Melalui kegiatan Ngopi ini ke depan, perlu kita tingkatkan kompetensi lulusan madrasah perlu di up grade dengan berbagai keterampilan, hafalan Alquran dan kitab-kitab standar. Serta kompetensi khusus yang bisa menjadi ciri khas madrasah,” ungkap mantan Kasubbag Humas Kanwil ini. (hsb/rel)















