PAYAKUMBUH, METRO–Keputusan Pemerintah Kota Payakumbuh menutup pasar ternak untuk mencegah penyebaran Pe nyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi sudah sangat tepat. Pasalnya, dua hari setelah penutupan pasar ternak, ditemukan empat ekor sapi yang terjangkit PMK, Selasa (17/5).
Kepala Dinas Pertanian Payakumbuh Depi Sastra mengatakan, hasil pemantauan dan pengecekan sapi di Kota Payakumbuh ditemukan ada satu kasus PMK di kandang ternak sapi di Balai Jariang, Kecamatan Payakumbuh Timur.
“Di dalam kandang itu ada empat ekos sapi yang yang positif PMK. Kepastian tersebut dari hasil uji labor Balai Veteriner Bukittinggi yang diterima Pemko Payakumbuh, Selasa (17/5) pagi,” kata Depi.
Depi menambahkan, empat ekor sapi yang terjangkit PMK telah dilakukan isolasi untuk menghindari penyebaran lebih luas terhadap hewan lainnya dan akan melakukan pemantauan setiap hari terhadap empat ekor yang terjangkit PMK dengan melalukukan pengecekan.
“Kemungkinan terjangkitnya empat ekor sapi ini karena ada dua ekor yang berasal dari Pasar Ternak Palangki, Kabupaten Sijinjung yang kemudian berimbas kepada sapi yang lain,” katanya.
Depi menjelaskan, Pemko Payakumbuh terpaksa harus menutup Pasar Ternak Kota Payakumbuh untuk sementara waktu hingga pemberitahuan selanjutnya karena disebabkan telah ditemukannya kasus positif Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi di Pasar Ternak Palangki, Kabupaten Sijunjung Provinsi.
“Untuk menghindari meluasnya kasus penyakit tersebut maka Wali Kota Riza Falepi mengeluarkan Surat Pemberitahuan Wali Kota Payakumbuh Nomor 579/719/Diperta-Pyk-2022 tentang pemberitahuan penutupan sementara pasar ternak yang berada di Kelurahan Koto Baru, Kecamatan Payakumbuh Timur,” katanya.
Depi menegaskan, pihaknya bersama Tim Polres dan Satpol PP akan melakukan Biosekuriti, serangkaian tindakan yang meliputi perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans, melarang pemasukan ternak dari daerah lain, terutama daerah tertular, melakukan tindakan karantina dengan ketat, menjaga kondisi ternak dengan manajemen pemeliharaan yang baik, serta meningkatkan sanitasi dan mendesinfeksi kandang dan sekitarnya secara berkala.
“Tindakan Biosekuriti tersebut harus diterapkan secara bersama-sama dan kompak oleh seluruh masyarakat baik dari unsur Pemerintah maupun petani, peternak dan pengusaha khususnya pengusaha yang terkait dengan bidang pertanian, peternakan,” pungkasnya.
Depi Sastra, juga menyebut agar masyarakat Kota Payakumbuh untuk tidak cemas dan khawatir, mengingat PMK pada sapi tidak menular kepada manusia. Dirinya juga sudah mendirikan posko Unit Respon Cepat (URC) di Puskeswan Kota Payakumbuh. Peternak yang menemukan gejala klinis sapinya terjangkit PMK, untuk segera melaporkan keposko URC.
“Masyarakat kita diminta untuk tidak cemas dan khawatir terhadap PMK pada Sapi, karena tidak menular kepada manusia. Dan kita juga sudah bentuk Posko URC, sehingga peternak kita bisa segera melaporkan jika ada sapinya mengalami gejala klinis seperti demam, mulutnya luka-luka, dan air liurnya, maka segera lapor,” ucapnya.
Terkait dengan hewan yang terjangkit dan positif PMK disampaikan Depi Sastra, pihaknya terus melakukan isolasi dan memberikan vitamin untuk menambah imun tubuh hewan. “Kita pantau terus, dan kita berikanvitamin agar imun tubuhnya meningkat. Dan sampai saat ini tingkat kematian hewan karena PMK cukup rendah,” sebutnya. (uus)
