Pariaman – WALI Kota Pariaman Genius Umar didampingi Wawako Mardison Mahyuddin dan Kakenmenag Kota Pariaman Muhammad Nur hadiri Apel Akbar Didikan subuh MDTA se-Kota Pariaman di Halaman Balaikota Pariaman, Minggu pagi kemarin. Wako Genius Umar secara langsung memimpin apel tersebut yang dimulai pukul 05.30 WIB pagi. Apel akbar didikan subuh MDTA se-Kota Pariaman tahun 2018 pada dasarnya ditujukan untuk menjalin silaturrahmi atau ukhuwah islamiyah antara sesama santriwan/santriwati dan guru serta pembina MDTA se-Kota Pariaman.
Wako menjelaskan didikan subuh adalah salah satu bentuk pendidikan non formal yang pada dasarnya dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang oleh masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat adalah pelaksana utama kegiatan ini. “Karena hal ini sudah merupakan penerapan oleh para pendahulu kita, sehingga para santriwan dan santriwati tidak hanya diajarkan tentang pendidikan agama Islam dan mengaji, akan tetapi juga melatih anak-anak berdiskusi dan berkesenian Islam,” sambung Genius.
Di sisi lain, imbuh Genius, didikan subuh bukan hanya berfungsi sebagai kegiatan keagamaan semata yang dilakukan oleh anak-anak pada umumnya. Lebih dari itu, kegiatan Didikan Subuh merupakan salah satu bentuk kegiatan atau aktifitas yang mendatangkan kesehatan bagi tubuh orang yang melakukannya. “Sehingga, begitu besar manfaat didikan subuh, baik dari segi sosial maupun kesehatan, sehingga keberadaannya perlu terus kita dukung dan kita pertahankan. Bahkan keberadaan lembaga didikan subuh Kota Pariaman telah berkali-kali meraih prestasi di tingkat Sumatera Barat,” ungkap Wako Pariaman itu.
Tak lupa, kepada para pengurus dan guru-guru dari hampir 100 buah MDTA se-Kota Pariaman, atas nama Pemko Pariaman dan pribadi kami sampaikan ucapan terimakasih atas pengabdian yang telah dicurahkan selama ini. Tanpa usaha dan kerja keras dari guru-guru dan pengelola MDA di Kota Pariaman, kegiatan ini akan sulit untuk kita wujudkan.
Jadikan momentum didikan subuh untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. Diharapkan melalui kegiatan Didikan Subuh ini mampu memacu semangat santri di MDTA dan siswa di sekolah untuk lebih mendalami ilmu agama. “Melalui kegiatan ini diharapkan mampu membentuk generasi yang akhlakul kharimah untuk kedepannya. MDTA agar tetap menggalakan program pemerintah magrib mengaji dan subuh berjamaah, karena pemerintah sangat mengapresiasi anak didik yang tahfidz,” kata.
Katanya, didikan subuh sangat penting artinya untuk meningkatkan pengetahuan agama bagi anak-anak kita, dan sesuai dengan visi dan misi Pemko Pariaman religius,” ujarnya. Santri diajarkan untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah di Masjid dan dilanjutkan dengan pendidikan subuh. “Kalau anak dibiasakan untuk bangun dan shalat subuh berjamaah, maka akan sangat baik bagi perkembangan santri kedepannya,” jelasnya.
Apel DDS ini merupakan ajang silaturrahmi para santri, guru dengan pimpinan daerah.Prosesi pembukaan diawali dengan pengucapan janji didikan shubuh, apel DDS diwarnai rasa kagum para undangan, melihat kebolehan santri dalam berpidato dan para hafidz, begitu lancar dan fasih menampilkan kompetensi diri selama mengikuti pendidikan di TPQ dan MDA, bahkan ada para santri yang menambahnya dengan sekolah tahfidz untuk pemantapan.
Sementara Kepala Kankemenag Kota Pariaman HM Nur menyampaikan apresiasi sekali dengan kemampuan para santri yang sudah hafidz. “Kita selalu mengusulkan kepada pemerintah supaya diberikan reward kepada santri yang hafiz Alquran sebagai motivasi bagi para santri,” ujarnya.
Dengan kegiatan didikan shubuh ini merupakan benteng awal bagi para generasi penerus, karena mereka mengikuti dan mengamalkan langsung ajaran islam dalam wadah DDS. Momen ini diharapkan terjadinya penguatan aqidah yang sudah tampak gejala pendangkalan, penguatan pemimpin yang menjalankan pemerintahan secara agama, penguatan terhadap para tokoh untuk menjadi uswatun hasanah dan penguatan dunia pendidikan. Apel didikan subuh ini adalah bukti telah terlaksananya pendidikan berkarakter islam terhadap para santri di Kota Pariaman. “Kita berterima kasih sekali kepada para orangtua dan guru mengaji,” ujarnya.
Sejarah DDS
Sejarah singkat didikan subuh, tahun 1964 beberapa orang anak-anak yang ikut jamaah shalat subuh di masjid Muhammadan pasar Batipuh Padang selatan, diajari ayat dan hadist, bernyanyi dan juga bersajak. Walaupun dilaksanakan secara sambilan dan tidak terprogram, namun ternyata ide kebetulan ini menarik hati mereka, karena masih tergolong baru, sehingga cukup mendapat perhatian pada masa itu. Berikutnya mereka diajak bertamasya, jalan-jalan sambil menyanyikan tembang bernuangsa Islam. Kegiatan Didikan Subuh itu berjalan beberapa bulan saja dan tidak ada perkembangan yang berarti disebabkan, karena jamaah Masjid itu pada umumnya adalah pedagang, serta tidak ada kader yang meneruskan.
Pada bulan Juni 1966 Lembaga Didikan Subuh (LDS) Sumatera Barat mendidik pembina-pembina DDS se-Sumatera Barat di Masjid Taqwa Muhammadiyah Padang dan ditambah dengan latihan baris berbaris dan gerak jalan yang dilatih oleh HMI.
Dilanjutkan dengan apel akbar pada tanggal 8 Agustus 1966 dilapangan Imam Bonjol Padang yang dihadiri oleh Lembaga Dididikan Subuh (LDS) utusan dari berbagai kabupaten kota seluruh Sumatera Barat yang disulut bunyi genderang. Pembina-pembina baru DDS itu kembali ke daerah dan melakukan pembinaan pula di kabupaten/kota masing-masing.
DDS tumbuh menjadi organisasi kader militan yang kontra komunis. Pada tahun 1966 itu juga di Canduang kabupaten Agam bila hari Jum’at, kader-kader DDS sepulang sekolah bergerombolan berjalan ke pelosok-pelosok kampung menyusuri sawah-ladang menyerukan shalat Jum’at kepada semua laki-laki yang mereka temui.
Dalam perkembangannya, Alim- ulama, niniak-mamak, cadiak-pandai, aparat pemerintah yang pro Islam banyak memberi dukungan, begitu pula dari pihak militer yang juga menginginkan Komunis hengkang dari Indonesia.
Buya Prof. DR. Hamka yang kala itu jadi ketua/imam Masjid Al-azhar Kemayoran Jakarta, juga mengembangkan Didikan Subuh dan kuliah subuh bagi orang dewasa. Kuliah subuhnya diterbitkan Majalah Panji Masyarakat, majalah Islam Pimpinan Buya Hamka. Belakangan kuliah subuh itu dibukukan.
Pada masa era 1960-an dan 1970-an DDS mencatat even-even historis yang monumental, antara lain menerima Proklamator Bung Hatta dalam suatu apel di gubernuran Padang. Kemudian ditempat yang sama menerima Presiden Soeharto dalam kunjungan pertamanya ke Sumatera Barat dan Sambutan ketua MPRS, A.H Nasution dalam Muswil I Lembaga Didikan Subuh Sumatera Barat.
Tahun 1970-an di era Orde Baru, kondisi politik, sosial pembangunan ekonomi dan budaya sudah bergerak maju. DDS mulai mengalami pasang surut yang kemudian benar-benar hening, hanya kegiatan muhadarah di satu-dua Masjid/Mushalla saja yang kedengaran setiap Subuh hari Minggu. Demikian itu karena kondisi yang melatarbelakangi berdirinya gerakan Didikan Subuh sudah berubah.
Sejak ditetapkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, maka dengan semangat otonomi daerah itu Sumatera Barat kembali mencanangkan gerakan DDS yang dipicu oleh lemahnya semangat keislaman, hilangnya rasa malu, sopan- santun, masjid dan mushalla jauh dari jama’ah serta generasi muda kurang bergairah belajar agama.
Acara Walikota Pariaman Genius Umar dan Wakil Walikota Pariaman Mardison Mahyuddin diakhiri dengan sarapan pagi bersama menikmati kuliner “Katupek Gulai Paku” dan “Katupek Gulai Cubadak” yang telah disediakan panitia. Hadir juga dalam apel tersebut, Wakil Ketua DPRD Fitri Nora, Sekdako Pariaman Indra Sakti, segenap pimpinan OPD Pemko Pariaman dan Perwakilan Polres Pariaman. (**)