JAKARTA, METRO – Beroperasi sejak 28 Juni 1996, Bank Nagari Cabang Jakarta terus eksis dan berkembang di ibu kota negara. Bahkan, hingga 31 Oktober 2018 mencatatkan aset Rp4,8 triliun dan mampu menjadi penggerak di bidang penyaluran kredit produktif. Berbeda dengan kebanyakan cabang lain yang masih terpaku di kredit konsumtif.
Pemimpin Bank Nagari Cabang Jakarta Hendra Faizal di Kantor Jalan Melawai Raya Nomor 19, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, menyebutkan, kredit yang disalurkan sudah mencapai Rp416,8 miliar dengan rincian Rp359,8 miliar kredit produktif dan Rp57 miliar kredit konsumtif. Artinya, 86 persen kredit yang disalurkan adalah kredit produktif, sementara hanya 14 persen saja yang tercatat sebagai kredit konsumtif.
”Memang berbeda dengan Kantor Cabang Bank Nagari lainnya. Mungkin karena kami tidak berada di daerah yang langsung menghandel keuangan Pemda atau ASN, melainkan bersentuhan langsung dengan pedagang, pengusaha atau badan usaha lainnya. Karena itu, tidak banyak yang masuk dalam kredit konsumtif,” kata Hendra didampingi Wakil Pinca Hendri, kemarin.
Hendra menyebut, untuk dana pihak ketiga saat ini mencapai Rp4,79 triliun dengan rincian giro Rp10,5 miliar, tabungan Rp44,07 miliar dan deposito Rp4,74 triliun dari target Rp3,8 triliun. “NPL atau kredit macet di angka 5,21 persen. Sementara laba hingga akhir Oktober mencapai Rp41,48 miliar dari target Rp60,4 miliar,” kata Hendra yang sebelumnya bertugas di Divisi Terasury ini.
Hendra menyebutkan, untuk tetap eksis di Jakarta, dia bersama timnya tidak bisa hanya tinggal diam di kantor-kantor yang ada (Melawai, Kramat Jati, Tanah Abang dan Cipulir). Melainkan bergerak atau jemput bola ke pasar-pasar dan juga acara-acara perantau. Saat ini, katanya, BN Cabang Jakarta sangat fokus mendatangi simpul-simpul organisasi perantau dan menawarkan kerja sama atau co branding.
“Misal, ada organisasi perantau IKPL (Ikatan Keluarga Padang Luar) yang sedang ada acara. Kami akan datang dan menawarkan kerja sama. Minimal, pembuatan tabungan dan menawarkan kartu ATM bergambar organisasi mereka. Hal ini semakin hari semakin banyak dan membuat Bank Nagari semakin dekat dengan perantau,” katanya.
Namun, kata Hendra, tidak mungkin juga Cabang Jakarta hanya menggantungkan hidup dari para perantau saja. Mereka juga terus masuk ke sektor-sektor pembangunan – terutama yang dilakukan BUMN atau pemerintah. Seperti pembangunan tol, gedung pemerintah dan lainnya.
“Sampai Agustus kemarin saja, kredit yang kami salurkan itu 40 persennya berada di sektor sindikasi atau industri. Jumlahnya Rp196,1 miliar dari total Rp486,3 miliar kredit. Berikutnya di sektor perdagangan Rp96 miliar (20 persen), kontraktor (ada sindikasi) Rp80,1 miliar (16 persen), hotel Rp51,5 miliar (11 persen), perumahan (KPR) Rp41,4 persen (9 persen), KCC Rp12,9 miliar (3 persen) dan lainnya Rp8,1 miliar (2 persen),” sebut alumni Fakultas Ekonomi Unand ini.
Rinciannya, kata Hendra, prospek atau potensi penyaluran kredit itu seperti di bidang perdagangan di Pasar Tanah Abang, Pasar Cipulir, Pasar Cipadu, Pasar Kramat Jati, Pasar Kebayoran Lama, Pasar Blok M dan sekitarnya. “Untuk kontraktor yang di proyek-proyek pemerintah atau BUMN.
Untuk bidang pendidikan, kami juga menggandeng perguruan tinggi untuk pembangunan gedung atau pengadaan peralatan,” sebutnya. (rel)