JAKARTA, METRO–Program subsidi minyak goreng (migor) murah yang dicanangkan pemerintah, nyatanya, belum berjalan maksimal. Di berbagai tempat, kelangkaan barang masih menjadi persoalan utama.
Itu diakui Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi saat berkunjung ke sejumlah pasar tradisional di Makassar, Sulawesi Selatan, kemarin (17/2). Menurut Lutfi, stok yang disediakan pemerintah sebenarnya tidak bermasalah dan masih mencukupi. Hanya, penyesuaian harga di tingkat distributor cukup menyita waktu sehingga distribusi cenderung lambat.
“Khususnya dua minggu terakhir. Akhirnya yang terjadi adalah kebuntuan distribusi,” ujarnya.
Berdasar data dari Perumda Pasar Makassar Raya per 16 Februari yang dikutip FAJAR, harga minyak goreng di beberapa pasar tradisional masih tinggi. Di Pasar Cendrawasih dan Pasar Parangtambung, misalnya, harga minyak goreng curah Rp 15 ribu per liter. Sementara itu, harga kemasan sederhana Rp 17 ribu.
Di Makassar Mall (Pasar Sentral), harga minyak goreng curah Rp 16 ribu per liter, kemasan sederhana Rp 28 ribu (2 liter), dan kemasan premium Rp 20 ribu per liter. Begitu juga dengan Pasar Pabaengbaeng. Harga minyak goreng curah Rp 15 ribu per liter, kemasan sederhana Rp 20 ribu per liter, dan kemasan premium tidak berubah alias tetap Rp 22 ribu per liter.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Sulawesi Selatan Ambo Masse menilai, pemerintah tampak tidak serius dalam memberikan subsidi minyak goreng murah. Sebab, penetapan kebijakan tidak dibarengi dengan pemenuhan stok yang mencukupi.
Lutfi menyatakan, khusus minyak goreng curah, stoknya sudah aman. Harganya perlahan juga mengikuti harga yang ditetapkan pemerintah. Yang belum tersedia adalah stok minyak goreng premium dan kemasan sederhana.
Terkait dengan harga, Lutfi mengaku masih butuh waktu untuk penyesuaian. Tapi, targetnya, akhir Februari semua harga sudah seragam, baik jenis curah, premium, maupun kemasan sederhana.
“Sudah mulai mengikuti harga pemerintah, semestinya nanti Rp 11.500 (curah). Begitu distribusi jalan, harganya akan mengikuti dan suplai segera normal. Karena suplai belum stabil, harga belum bisa disamakan. Menurut hitungan kami, seminggu ke depan sudah beres,” terangnya.(jpc)
