POLIKO, METRO–Duta Besar Indonesia untuk Vietnam Denny Abdi menilai success story Kota Payakumbuh dengan branding sebagai The City of Randang harus diikuti oleh daerah lain di Sumatera Barat, bahkan Indonesia, karena banyak kecocokannya dengan apa yang difikirkan oleh semua orang, yakni kondisi usaha kecil mikro menengah (UMKM). “Bisa kita lihat Kota Payakumbuh dengan gagasan seorang pemimpinnya Erwin Yunaz, kita tidak akan khawatir lagi karena pendapatan masyarakat bisa meningkat. Kita menilai pemikirannya cocok dengan apa yang banyak orang fikirkan tentang UMKM. Paparan Erwin Yunaz sangat bagus dan membanggakan, dan ini menginspirasi pemda lain di Sumbar,” kata Denny dalam webinar yang digelar oleh Bundo Kanduang Mancanegara bertema “Melirik Industrialisasi Pertanian di Kota Payakumbuh”, Minggu (30/1).
Baik Denny maupun Wakil Wali Kota Erwin Yunaz adalah narasumber dalam kegiatan dengan mediator Wartawan senior sekaligus Dosen IISTP Jakarta Rahmayulis Saleh itu. Turut ikut Ketua Sekretariat Bundo Kanduang Mancanegara Nurbaini Mc Kosky dan Ketua Bundo Kanduang Sumatra Barat Rhauda Thaib.
Denny menyampaikan apresiasi kepada Erwin Yunaz dengan konsep yang dipaparkannya adalah impian dari UMKM di negara ini. Indonesia diisi oleh sebagian besarnya pengusaha sebanyak 99 persen UMKM, dan 90 persen diantaranya kategori mikro. “Kita tidak akan maju hanya dengan peristiwa ekspor saja. Karena bila berbicara ekspor ada standar mutu, ketepatan pengiriman, daya saing dengan berbagai negara. Ekspor adalah pasar persaingan sempurna, kita harus bicara dulu bagaimana bersaing di daerah, artinya bersaing di lokal antar rumah tangga,” kata Denny.
Hal itu disampaikannya bukan tanpa alasan, mengingat harga ekspor yang kompetitif, bisa ditekan oleh importir. Untuk Sumatera Barat tak semua daerah harus bergerak di Randang, tapi setiap daerah menjadi sentra industri spesialis. “Bila Payakumbuh memproduksi Randang yang sudah berstandar ekspor, maka daerah lain bisa komplimen menghasilkan produk spesialisnya yang lain,” kata Denny.
Apabila berbicara ekspor 480 ton Randang untuk haji, maka, lanjut Denny, tentu harus dilirik juga bagaimana proses produksi dan proses supplynya, pasti membutuhkan banyak bahan baku pertanian dan peternakan seperti daging dan bumbu-bumbu. “Wilayah Sumbar memiliki kekuatan di pertanian, cuma selama ini tidak terkelola dengan baik, anak muda cenderung ke kota besar mencari penghidupan lebih baik, padahal sumber kekayaan ada di kampungnya sendiri,” jelasnya.
Denny berharap success story Kota Payakumbuh ini bisa ditularkan ke daerah lain di Sumbar. Bagaimana nanti bersama-sama menjamin sustainability dari kebutuhan pasar, khususnya bahan baku Randang melalui industri pertanian. “Kalau kita sukses menyupply untuk haji dan umrah, nanti tak hanya buat konsumsi jemaah Indonesia saja, tapi negara lain juga, kita melihat selera warga Asia Selatan mirip dengan Indonesia. Kita harap konsep yang dibawa Erwin Yunaz jangan sampai ditinggalkan dan dibiarkan terbengkalai, harus dipertahankan dan dilanjutkan,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Erwin Yunaz dalam paparannya menerangkan bagaimana proses branding Kota Payakumbuh dari kota batiah menuju City of Randang, setelah itu diikuti dengan berbagai program dalam menjaga sustainability branding kota untuk memfasilitasi kepentingan bisnis pelaku UMKM di daerah.
Erwin menjelaskan adanya School of Randang, Literasi Randang, ikut serta dalam Food Expo Internasional adalah bentuk program nyata yang konsepnya dibangun bersama-sama akademisi dan ahlinya. Bila berbicara pasar haji dan umrah yang berskala besar, maka konsep industrialisasi pertanian harus difikirkan sejak dini, karena sesuai dengan konseptual industrialisasi pertanian, perubahan dari pertanian tradisional menuju pertanian modern yang memiliki nilai tambah.
“Industrialisasi pertanian dapat ditempuh melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan dari sisi penawaran (supply) dan dari sisi permintaan (demand). Dari sisi penawaran, industrialisasi pertanian dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas,” kata Erwin.
Erwin menyampaikan branding City of Randang ini tentu memberikan dampak kepada peningkatan produktivitas industri pertanian (agroindustri) terhadap kinerja ekonomi sektoral, ekonomi makro, pendapatan rumah tangga, dan kemiskinan di daerah. Peningkatan produktivitas agroindustri diikuti oleh peningkatan produktivitas sektor pertanian dan lembaga keuangan.
Salahsatu contoh indistrialisasi pertanian yang cukup menjanjikan menurut Erwin adalah adanya industri santan yang merupakan bahan baku dari Randang. Bila suatu waktu demand (permintaan) pasar untuk haji dan umrah membludak tentu harus difikirkan bagaimana mensupply kelapanya, bagaimana menyediakan sejumlah besar kelapa dalam waktu singkat untuk memenuhi permintaan produksi besar itu.
“Bila santan yang berstandar mutu sudah kita industrialisasikan, kita tentu tak akan keteteran dengan bahan baku karena sudah tersedia di industri. Ini baru santannya, belum lagi bumbu lain seperti cabe, lengkuas, kunyit, dan lain sebagainya, ini bisa kita tingkatkan levelnya kepada industri, ingat Randang Ingat Payakumbuh,” kata Erwin.
Terkahir, Ketua Sekretariat Bundo Kanduang Mancanegara Nurbaini Mc Kosky menanggapi positif konsep industrialisasi pertanian yang dipaparkan Erwin Yunaz, Dia menyampaikan konsep ini jelas dan terukur, bahkan bisa diaplikasikan oleh daerah lain.
“Konsep pemikiran ini setara kelasnya dengan menteri dan presiden, apa yang disampaikannya adalah untuk rencana besar bagi Industrialiasi pelaku UMKM, khususnya bidang pertanian,” ungkapnya. (uus)
