JAKARTA, METRO–Ahli Epidemiologi dari Griffith University Dicky Budiman merespons kemunngkinan munculnya kasus Covid-19 saat kebijakan pembelajaran tatap muka 100 persen di sekolah. “Kalau untuk rem darurat itu, kalau dalam satu sekolah minimal muncul 2 kasus infeksi,” kata Dicky kepada JPNN.com, Minggu (16/1).
Menurut dia, kasus konfirmasi Covid-19 bisa lebih dilokalisir. Misalnya, ditemukan dua kasus dalam satu kelas, maka cukup satu kelas itu saja yang ditiadakan kegiatan PTM.
“Kalau kasus terjaid di beberapa kelas, lebih dari 2 atau 3 kelas, ya, satu sekolah itu di-suspend,” lanjut dia. Kemudian, sekolah harus melakukan penguatan 3T yaitu testing, tracing, dan treatment minimal 7 hari sampai 14 hari. Dicky mengatakan pemberhentian PTM di sekolah juga harus memperhatikan positivity rate di daerah tersebut.
“Kalau di atas 5 persen lalu meningkat dalam seminggu terakhir, itu sudah jadi pertanda untuk suspend dulu,” ujar Dicky Budiman. Dia menyebut kasus Covid-19 sangat dinamis sehingga harus dipantau setiap hari.
Dicky juga menegaskan vaksinasi penuh menjadi sangat penting karena munculnya varian Omicron dan Delta. Baca Juga: Konon Peningkatan Kasus Covid-19 di Indonesia Didominasi PPLN “Jadi, dua dosis itu menjadi penting bagi setiap orang yang terlibat dalam upaya belajar mengajar,” tandas dia.
Perlu diketahui, 19 kasus Covid-19 telah ditemukan di 15 sekolah yang ada di DKI Jarta. Dari 19 kasus, 16 di antaranya terjadi pada peserta didik dan 3 kasus lainnya merupakan tenaga pendidik atau guru.(mcr9/jpnn)
















