PADANG, METRO–Ketua Umum PDI Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menyinggung kondisi Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) saat ini. Menurutnya Provinsi Sumbar sekarang berubah dan tidak adanya lagi tradisi bermusyawarah mufakat oleh ninik mamak. Hal tersebut diungkapkan Megawati saat pidatonya di acara puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-49 PDI-P yang digelar secara daring, Senin (10/1). Menyikapi pernyataan Megawati tersebut, Juru Bicara Gubernur Sumbar, Jasman Rizal mengatakan, sah-sah saja Megawati menyampaikan pendapatnya tentang Sumbar Saat ini. “Saya merasa pendapat Megawati sah-sah saja. Tapi kita saya melihat relitanya di Sumbar tidak seperti itu. Kita di Sumbar bebas berpendapat selama ini. Kita tidak ingin berpolemik tentang hal itu,” terang Jasman, Selasa (11/1) kepada awak media.
Menurut Kepala Dinas Kominfotik Provinsi Sumbar itu, Megawati memandang Sumbar sekarang seperti itu, merupakan pendapat pribadi beliau. “Pendapat ini bisa menjadi masukan bagi kita dan jadi intropeksi,” terangnya. Namun, Jasman menegaskan, selain di Sumbar sekarang itu masyarakatnya bebas berpendapat, di Sumbar juga bukan berarti tidak ada yang tokoh paling popular, seperti yang pernah dikritisi Megawati sebelumnya. “Tokoh Sumbar yang paling populer itu menyesuaikan kebesarannya dengan zamannya. Apakah diukur di bidang politik dan pemerintahan atau apa ketokohan itu?” Tanya Jasman.
Sekarang ini menurut Jasman, banyak anak-anak muda Sumbar yang hebat-hebat dan merambah dunia international. “Jadi semua hanya titik dan sudut pandang saja. Tokoh Sumbar saat ini menyesuaikan dengan zaman. Kalau dulu zaman kemerdekaan yang dibutuhkan tokoh politik, orang Sumbar eksis di sana. Sekarang yang dibutuhkan di era milenal, kaum milenial yang serba berbasis star up dan bidang ekonomi. Orang Sumbar justru banyak yang hebat di sana,” ucapnya. Secara ketokohan nasional dan pemerintahan memang tidak seperti dulu lagi. Namun, bukan berarti orang Sumbar tidak adaketokohannya di bidang politik dan pemerintahan. Bahkan, sekarang sebut saja masih ada Buya Syafi’i Maarif. “Jadi perlu diluruskan lagi. Kehebatan tokoh itu apakah bidang politik pemerintahan atau bagaimana? Ini perlu diluruskan,” tegasnya.
Jasman bahkan mengungkapkan, untuk menghimpun tokoh-tokoh Sumbar, pada tahun 2015, telah terbentuk Komunitas Minang Pride. “Melalui komunitas ini ternayata banyak sekali anak muda yang hebat. Seperti di bidang start up ternyata cukup banyak. Bahkan di bidnag politik pun banyak anak-anak muda yang hebat. Sebut saja Faldo Maldini. Jadi zaman itu berbeda dan akan lahir tokoh sesuai zamannya,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, Megawati menyebut Sumbar dalam pidatonya di acara puncak perayaan HUT ke-49 PDI-P yang digelar secara daring, Senin (10/1). Awalnya, Megawati mengungkapkan beberapa wejangan dari ayahnya, Presiden pertama RI Soekarno bahwa perjuangan melawan penjajah tidak lebih sulit dibandingkan melawan bangsa sendiri. “Saya sering bicara dengan Buya, Syafii Maarif karena beliau juga di dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Saya tanya, kenapa sih Sumatera Barat menjadi berubah ya, Buya? Bukankah sudah tidak adakah yang namanya tradisi bermusyawarah mufakat oleh Ninik Mamak itu?” kata Megawati dalam pidatonya.
Selain itu, ia juga menyebut Sumatera Barat yang kini dilihatnya justru terasa sepi dibandingkan dahulu. Hal itu lantas ditanyakan Megawati kepada masyarakat Sumbar. Ia mengajak masyarakat Sumbar untuk menjawab pertanyaan mengapa daerah itu kini terasa sepi dan ihwal tradisi ninik mamak. Pada Rabu, 2 September 2020 lalu, saat memberikan pengarahan kepada pasangan calon Pilkada 2020, Megawati juga pernah menyinggung Sumatera Barat. Kala itu, ia mengaku heran karena rakyat Sumbar hingga kini belum sepenuhnya mau menerima PDI-P.
Menurutnya, hal tersebut menyulitkan PDI-P ketika menentukan calon kepala daerah di Sumbar. Lantas Megawati mengaitkan kondisi itu dengan kenyataan bahwa Sumbar justru memiliki banyak tokoh yang bergelar pahlawan. Katanya, kalau diingat sejarah bangsa, banyak orang dari kalangan Sumbar yang menjadi nasionalis yang pada waktu itu kerja sama dengan Bung Karno (Soekarno), Bung Hatta (Moh Hatta) yang sebenarnya datang dari Sumbar.(fan)















