PADANG, METRO–Gempa magnitudo 7,4 yang mengguncang Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Selasa (14/12) pukul 10.20 WIB, tidak akan berdampak ke Sumatra Barat (Sumbar) yang merupakan daerah rawan gempa.
Hal ini diungkapkan oleh kepala Center of Disaster Monitoring and Earth Observation, Universitas Negeri Padang (DMEO UNP) Pakhrur Razi Ph.D.
“Gempa yang terjadi di Kabupaten Flores Timur tidak akan berdampak ke Pulau Sumatera. Tetapi gempa yang terjadi di patahan Flores tersebut dari kedalamannya berpotensi besar terjadinya tsunami di daerah tersebut. Wajar BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami,” kata Pakhrur Razi kepada POSMETRO, Selasa (14/12).
Pada sisi lain Pakhrur Razi mengingatkan, peluang gempa dengan kekuatan besar dengan kekuatan M 8,9 mengancam Sumbar. Hal ini dikarenakan Sumbar berada dalam zona megathrust dan sesar Sumatera dan sesar Mentawai.
“Kepulauan Mentawai telah memasuki siklus 200an tahun kegempaan di Kepulauan Mentawai. Dari catatan sejarah, gempa bumi terbesar dengan kekuatan magnitudo M. 8.6-8.8 di Kepulauan Mentawai terjadi pada tahun 1797, sedangkan gempa dengan kekuatan M.8.8-8.9 terjadi di tahun 1833. Pada saat ini kita telah memasuki siklusnya. Mudah-mudahan yang terjadi hanya gempa kecil sehingga akumulasi energi berkurang dan tidak terjadi potensi gempa besar,” terangnya.
Ia menyebutkan bersama tim telah melakukan observasi di Kepulauan Mentawai. Menurutnya, saat ini telah terjadi akumulasi dorongan lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia di Pantai barat Sumatra (strain accumulation).
“Strain accumulation ini tertinggi berada di antara Pulau Sipora dan Siberut. Jadi, berdasarkan siklus dan juga perhitungan potensi gempa di Kepulauan Mentawai berpeluang bisa mencapai skala M 8. Selain itu, jika skala tersebut tercapai, gempa terjadi di lautan dangkal dan berada di zona megathrust tentu sangat memungkin terjadi tsunami terjadi,” tambahnya.
Oleh karena itu, Pakhrur Razi meminta Pemprov Sumbar untuk terus sosialisasikan siaga terhadap bencana alam. Pelatihan evakuasi harus dibudayakan latihan secara terpadu, terencana, dan berkesinambungan guna meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat.
“Yang harus dilakukan saat ini adalah membiasakan masyarakat dalam menghadapi bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami. Masyarakat harus belajar ke mana melakukan evakuasi yang telah ditetapkan (dataran tinggi, atau menjauh dari pantai). Setelah berada di tempat yang aman, masyarakat wajib menjaga jarak (physical distancing), menggunakan masker, serta menjaga kebersihan.hingga ada arahan dari pihak yang berwenang,” tandasnya. (hen)
