LIMAPULUH KOTA, METRO–Permintaan terhadap Gula Semut terus meningkat. Setiap pekan, kelompok Mutiara di Jorong Talaweh, Nagari Labuh Gunuang, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, mengirim sebanyak 200-300 kilogram keberbagai daerah di Indonesia. Permintaan paling banyak masih dari daerah Riau, Jambi dan Jawa.
Salah seorang anggota kelompok Mutiara, Madi, yang sehari-hari mengola air Nira yang baru siap dipanen dari pohon Aren di dapurnya menjadi Gula Semut, mengaku setiap hari mampu menghasilkan 6-10 kilogram. Tergantung dari ketersediaan air Nira yang diperoleh dari Pohon Aren miliknya.
“Tergantung jumlah air Nira yang kita dapat dari pohon Aren. Saat ini sekali masak hanya bisa menghasilkan 6 kilogram saja,” ungkapnya.
Madi menyebut, ia lebih banyak membuat Gula Semut dari pada Gula Cair, mengingat permintaan terhadap Gula Semut semakin meningkat dan mulai beralihnya masyarakat dalam mengkonsumsi gula, memberikan dampak positif bagi petani pohon Aren. Bahkan, permintaan juga banyak dari pemilik-pemilik cafe.
Pengelola Kelompok Mutiara, Manik, menyampaikan untuk memenuhi permintaan pasar, dirinya bersama anggota kelompok yang berjumlah 20 orang terus memproduksi Gula Semut. Dengan kemasan Satu kilogram, Setengah kilogram dan seperempat Kilogram, tersedia lengkap disekretariat kelompoknya.
“Kalau yang 1 kg dijual 35 ribu, 1/2 kg 18 ribu dan 250 gram dijual 10 ribu perbungkus. Dan saat ini kita sudah mengirim setiap pekan sebanyak 200 kg kedaerah Riau. Permintaan cukup banyak karena orang mulai beralih kemengkonsumsi Gula Semut untuk menghidari diabet,” ucapnya.
Manik, juga menyebut, dimasa pendemi covid-19 ini petani pohon Aren juga terdampak secara ekonomi, namun saat ini sudah kembali mulai bangkit dengan cukup banyaknya permintaan terhadap produksi Gula Semut, Cair dan Nira Fresh dengan kadar gunya 18 persen. “Terdampak iya, tapi Alhamdulillah sudah mulai kembali membaik. Permintaan masih pluktuatif,” sebutnya.
Terkait ketersediaan air Nira disampaikan Manik, di Nagari Labuh Gunuang, sehari dihasilkan 5000 liter air Nira. Dari jumlah itu, sebanyak 1000 Liter masih diolah menjadi Tuak. “Ini kenapa dulu kita mendirikan kelompok agar air Nira ini bisa diolah menjadi Gula Semut, Cair, Gula Aren, Nira Fresh dan banyak lagi turunannya. Sehingga jumlah produksi Tuak bisa diturunkan, dan itu terbukti dulu hampir separuhnya dijadinya Tuak, hari ini hanya sekitar 1000 liter saja,” ungkap Manik.
Dia berharap kepada Pemerintah untuk bisa mensupor dan menjadikan produk Nira Fresh ini menjadi minuman khas daerah yang bisa disajikan kepada setiap tamu yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Sehingga, setiap orang yang datang akan mengingat bahwa minuman khas daerah Lima Puluh Kota Nira Fresh. “Untuk Nira Fresh kita sudah mulai jual dipasaran, ini memang baru yang pakai botol kita jual 4000 perbotol,” ucapnya. (uus)
















