SEMANGAT Sumpah Pemuda, seakan lenyap ditelan hiruk pikuknya gemerlapan kehidupan yang mengarah gaya hedonisme. Sehingga, generasi muda terseret ke dalam kehidupan yang instan dan serba jalan pintas.
Sementara, jika diambil dari benang merahnya momentum Sumpah Pemuda ini, generasi muda itu dituntut berbuat dan bekerja keras dalam mengisi masa-masa mudanya. Kemudian, tidak mudah menyerah dengan kerasnya pengaruh globalisasi yang menjanjikan kehidupan hedonisme dan ancaman negatif lainnya.
Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kuranji Evi Yandri Rajo Budiman menyebutkan, di era sekarang pemuda dituntut berbuat dan peduli lingkungannya sendiri. Karena tidak terbantahkan, pemimpin itu lahir dari generasi muda yang pekerja keras dan tak muda menyerah. Intinya, generasi muda yang dilahirkan memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual.
“Akan tetapi generasi muda sekarang tak jarang dimanjakan kemajuan tehnologi sehingga mereka terjebak sebagai generasi manja dan serba jalan pintas,” ujar Evi yang tengah menapak jalan ke Parlemen Sumbar 2019 ini.
Pria yang akrab dipanggil Evi ini menambahkan, galibnya generasi muda harus memiliki semangat yang berapi-api, serta memiliki prinsip. Karena pemuda dituntut memiliki prinsip dengan tekad hidup yang kuat. Kemudian, pemuda yang memiliki semangat yang tak mudah luntur ibarat api yang muda pudur begitu saja.
Kemudian, generasi muda jangan sekali-kali mengabaikan sikap jujur dan tanggung jawab. Sikap, jujur dan bertanggung jawab ini merupakan pitaruh dari orang tuanya (ayah) untuk mengarungi kehidupan yang semakin keras pada masa mendatang ini. Ibarat pepatah bijak orangtua Asam limau sariang asam limau kapeh, nan katigo asam limau lunggo, makin ka ateh makin sariang apa lai masim ka tibo.
Selain itu, bekerja keras dan tidak mudah pantang menyerah, jujur dan bertanggung jawab membawa pria ini sukses meniti usahanya. Semua itu tidak didapatkan dengan gampang begitu saja. Bahkan, pria memiliki lima putra dan putri ini sempat melanglang buana ke Negeri Sakura Jepang tahun 1997 hingga tahun 2000. Sepulang dari Negeri Sakura itu ia memulai usahanya dengan susah payah, juga sempat jatuh bangun. Namun, dengan kerja keras, jujur dan bertanggung jawab itu usahanya mulai berkembang seperti saat ini. Walaupun, di sisi pendidikan pria yang hobi mendaki gunung ini hanya menyelesaikan studinya di tingkat sekolah lanjutan tingkat atas SMEA 1 Padang.
Maka generasi muda jangan pernah takut berbuat, sehingga tidak pernah berupaya berbuat ke arah yang lebih baik. “ Kemudian, selagi muda jangan pernah menunda-nunda pekerjaan. Maka apa yang bisa dikerjakan sekarang segera dikerjakan, jangan dijadikan ketakutan akan kegagalan alasan untuk tidak berbuat,” ujar pria yang komit melestarikan nilai-nilai adat di dalam nagari ini.
Selain itu pemuda diharapkan berani berpikir besar, orang yang tidak berpikir besar tidak akan pernah menjadi orang benar-benar besar. Bukankah, ikan yang besar hidup di air yang dalam, bukan hidup di air yang dangkal,” ucap Evi.
Evi berpesan kepada generasi muda, jangan segan-segan bergaul dengan orang tua sebagai pendahulu, karena mereka lebih dulu hidup, maka mereka lebih kenyang dalam hal pengalaman. Kemudian, manfaatkanlah masa muda ini dengan semaksimal mungkin. Karena masa muda sangat singkat, jangan biarkan masa muuda ini berlalu tanpa dimanfaatkan dengan bijak.
Maka jadilah generasi muda yang merugi di kemudian hari, karena masa muda itu datang sekali.”Kejarlah berbagai prestasi di masa muda ini, karena kesempatan untuk mengejar berbagai prestasi itu hanya bisa didapatkan di masa muda. Sebab, kalau umur sudah mulai menua, bukit akan terasa tinggi dan lurah terasa semakin dalam,” ujar Evi, yang aktif di organisasi kemasyarakat ini.
Kemudian, pemuda tidak boleh cengeng dan manja dalam meghadapi masa-masa mudanya. Tumbuhlah menjadi generasi muda yang memiliki etos kerja keras dan mandiri. Gapailah masa depan itu dengan kerja keras terutama dalam hal menuntut ilmu di bangku sekolah dan kuliah. Jangan penah melupakan nilai budaya adat dan nilai-nilai agama. Karena adat dan agama dikolaborasikan menjadi filosofi Rangminang “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABS-SBK).” (**)













