PASAMAN, METRO–Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar) akan melaksanakan program CSR Listrik Mandiri (Limar) di nagari dan daerah terisolir di Sumbar. “Listrik mandiri dapat diwujudkan dengan memanfaatkan listrik tenaga surya (solar panel). Biayanya hanya Rp3,7 juta. Melalui program ini bisa bantu satu rumah di nagari dan daerah terisolir di Sumbar, ungkap Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah pada pencanangan Program Limar bagi daerah tertinggal di Jorong Lima Partamuan Nagari Muaro Sungai Lolo, Kabupaten Pasaman, Kamis (22/7).
Hadir dalam kesempatan itu, Anggota DPD RI Muslim Yatim, Wakil Bupati Pasaman, Sabar AS, beberapa OPD terkait, camat, wali nagari, wali jorong dan Tokoh Jorong Lima Partamuan Nagari Muaro Sungai Lolo.
Mahyeldi juga mengatakan, dengan program ini diharapkan semua daerah tertinggal, terisolir yang belum sarana dialiri listrik oleh PLN di Sumbar, akan dapat terang bercahaya pada malam hari.
“Program limar ini karya Ujang Koswara dari Bandung yang memberikan alternatif penerangan di daerah yang jauh dari jangkau infrastruktur jalan dan transportasi. Kita tahu di Sumbar masih banyak masyarakat berada di daerah-daerah tertinggal dan terisolir belum terjamah pembangunan,” ujar Mahyeldi.
Mahyeldi mengatakan, dengan dana CSR saat ini dirinya bersama tim menyerahkan bantuan limar untuk 40 rumah. Namun, kedatangannya bersama tim baru membawa bantuan limar untuk 30 rumah. Tim ini terdiri dari tiga orang dari Bandung dan dua orang dari Sumbar.
“Dengan program Limar, bersinar rumahnya, bersinar hatinya bersinar masa depannya. Mudahan-mudahan dengan penerangan ini masyarakat dapat meningkatkan amalan ibadahnya, mengaji shalat malam, serta juga menambah kegiatan ekonomi lainnya,” harap Mahyeldi.
Wali Nagari Muaro Sungai Lolo, Ogi Arianto mengatakan, ada 37 nagari di Kabupaten Pasaman. Namun dari semua nagari yang ada itu Nagari Muaro Sungai Lolo, daerahnya kekurangan di segala bidang pembangunan. Baik itu infrastruktur jalan, listrik, jaringan komunikasi, pendidikan dan kesehatan.
Khusus di Jorong Lima Partamuan, terdapat 175 KK yang tinggal. Ogi menambahkan, anak-anak tamatan SD di sini menyambung pendidikan SLTP, SLTQ mesti di luar daerah ini. Ada di ibu kota Pasaman, Bukittinggi. Hal ini terjadi karena sarana pendidikan sangat kurang di jorong ini.
“Dari enam jorong di Nagari Muaro Sungai Lolo, Jorong Lima Partamuan lah paling amat kurang infrastruktur pembangunannya. Jangankan jalan, transpotasi sungai pun lewat sampan sangat sulit dan cukup lama sampainya. Pak Gubernur dan rombongan telah melihat langsung kondisinya,” ujarnya. (fan)
