BATUSANGKAR, METRO–Peran generasi muda milenial sangat berpengaruh terhadap perubahan Era Society 5.0. Yaitu, menggunakan teknologi dengan sebaik-baiknya. Sehingga mampu mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik menjadi satu. Belakangan ini istilah Industri 4.0 santer menghiasi media massa maupun media sosial. Belum usai hiruk-pikuk akibat Revolusi Industri 4.0, yang dibarengi perkembangan era disrupsi, tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya Society 5.0 (masyarakat 5.0).
Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Barat (Wagub Sumbar) Audy Joinaldy mengatakan, peran pemerintah memberdayakan masyarakat di Era 5.0 dengan mempertahankan kearifan lokal, perlu mengenalkan peran Society 5.0 pada kehidupan sehari-hari.
“Hal ini dikenal dengan istilah Social Cyber System and Machine Learning in Era Society 5.0,” ungkap Audy Joinaldy saat Webinar Musyawarah Luar Biasa Forum Komunikasi Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam (Forkommasi) se Sumbar di Auditorium Kampus II IAIN Batusangkar, Jumat (2/7).
“Kita dikejutkan saat Pemerintah Jepang tahun 2019 memperkenalkan Era 5.0 atau super smart society. Dibuat sebagai solusi dan tanggapan dari revolusi industri 4.0 dan dianggap akan menimbulkan degradasi manusia,” kata Audy Joinaldy.
Orang nomor dua di Sumbar ini menjelaskan, ke depan, masyarakat didorong untuk dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial, dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0.
Ada tiga hal ditandai dengan hadirnya Era Society 5.0. Pertama, munculnya bisnis baru yang strategi, lebih inovatif dan Intangible Assets (aset tak berwujud fisik) yang bisa diperjual belikan. Seperti, aplikasi online. Kedua, muncul profesi-profesi baru yang sebelumnya dengan berbasis Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan robotika untuk bisa bersaing.
Ketiga, solusi menghasilkan produk unggul yang menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi, menggunakan tenaga kerja yang handal dalam IoT. “Society 5.0 ialah masyarakat dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0. Seperti Internet on Things (IoT), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot, untuk meningkatkan kualitas hidup manusia,” jelasnya.
Ada tiga kemampuan utama menghadapi Society 5.0. Pertama, kemampuan memecahkan masalah kompleks dan dapat menjadi problem solver bagi dirinya serta orang banyak. Kedua, kemampuan berpikir kritis dan peka terhadap kehidupan sosial. Ketiga, kemampuan untuk berkreativitas berbasis IoT.
Audy Joinaldy juga menjelaskan, peran aktif pemuda di era 5.0 harus memiliki kekuatan moral, kontrol sosial dan bisa menjadi agen perubahan. “Generasi muda harus siap menghadapi era Society 5.0 di Indonesia dengan manfaatkan SDM yang ada. Karena SDM di Indonesia tidak kalah dengan luar negeri. Society 5.0 sebagai komplemen revolusi Industri 4.0, perlu diarahkan pada generasi muda untuk kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang,” harapnya.
Konsep revolusi revolusi 4.0 dan Society 5.0 tidak memiliki perbedaan yang jauh. Hanya saja konsep Society 5.0 lebih memfokuskan konteks terhadap manusia. “Era 4.0, kita bisa mengakses juga membagikan informasi di internet. Society 5.0 adalah era di mana semua teknologi bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan sekedar untuk berbagi informasi, melainkan untuk menjalani kehidupan”, ungkap Audy Joinaldy.
Ia juga menambahkan, dalam Society 5.0, berbagai isu sosial akan teratasi. Manusia akan terlepas dari berbagai macam keterbatasan dalam hidup. Seperti, jarak dan lokasi sudah tidak lagi menjadi kendala. “Nantinya semua langkah kita bisa diketahui melalui GPS. Jarak dan lokasi tidak lagi menjadi kendala, dari segi pengiriman barang, kesehatan, pendidikan, pekerjaan seperti sekarang ini. Kerja tidak perlu dari kantor (work from home). Semua bisa dilakukan jarak jauh dari rumah, tanpa harus bertemu secara fisik,” tambahnya.
Sementara itu, Rektor IAIN Batusangkar, Dr. Marjoni Imamora, M.Sc menyampaikan, revolusi industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan sebagai komponen utama dan Society 5.0 menggunakan teknologi modern dan mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya.
“Segala kecanggihan teknologi tidak akan membawa manfaat apabila manusia sebagai pengguna tidak dapat mengoperasikannya. Manusia tidak cukup hanya sebatas memahami atau diberikan sebuah sebuah teori saja, harus berpikir kritis, kreatif dan konstruktif,” ujar Marjoni.
Adanya pembaharuan pada era tersebut, dapat menghasilkan nilai baru dengan elaborasi dan kerja sama pada sistem, informasi dan teknologi yang juga meningkatkan kualitas SDM yang dibutuhkan (Human Capital). (fan)
