BUKITTINGGI, METRO – Sudah bertahun-tahun Kelurahan Pulai Anak Aia, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS), Bukittinggi menjadi langanan meluapnya Banda Malang. Sabtu (19/5) malam, air setinggi 1,5 meter melanda rumah-rumah warga.
Aair yang mulai naik ke pemukiman warga sejak pukul 18.00 WIB mengakibatkan 60 kepala keluarga (KK) terdampak banjir. Saat ini sekitar 120 orang menjadi korban banjir dan harus diamankan ke pos ronda terdekat. Karena hujan belum berhenti hingga Minggu (20/5) sore.
Banjir yang kerap melanda membuat warga sangat menyangkan kinerja pemerintahan. Apalagi, Banda Malang itu dipenuhi tanah dan sampah yang kini masuk ke pemukiman warga. Warga mengaku sudah pernah bermohon ke pusat, untuk pengerukan Banda Malang yang sudah dangkal ini.
Een (40), korban banjir menyatakan banjir sudah sering terjadi saat hujan deras turun. Banjir ini ditambah air kiriman dari Tarok Dipo, serta tempat lain mengumpul. “Kami masyarakat sudah sering memberikan keluhan kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah supaya Banda Malang digali kembali,” ungkap Een.
Katanya, banjir juga mengakibatkan kerugian alat seperti kursi dan kenyamanan untuk tinggal. “Setelah kami mengirimkan proposal tidak pernah ditanggapi. Kalau mau Pemilu, tanpa kami minta pemerintah langsung turun ke lapangan untuk berkerja. Kami tidak butuh tunggu Pemilu, kami mau Banda Malang digali,” ungkapnya.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bukittnggi Riandy menyebut, total ada 60 KK terdampak akibat banjir di RT 1 RW 1, Kelurahan Pulai Anak Aia, Kecamatan MKS, Bukittinggi. Hasil pantauannya, air naik sejak pukul 18.30 WIB Sabtu, terus bertambah volumenya hingga pukul 22.00 WIB. Tingginya masih satu meter.
”Daerah ini rutin terdampak banjir, tapi sepertinya ini yang paling parah. Banjir terjadi akibat luapan Banda Malang, yang dapat kiriman air dari Kabupaten Agam. Tak ada korban jiwa akibat banjir ini,” ujar Riandy.
Riandy menyebut, sebagian warga diungsikan menuju pos ronda terdekat sembari menunggu surutnya air dari Banda Malang yang hanya punya lebar 1,5 meter. “Hingga pukul 22.25 WIB, belum terlihat tanda-tanda surutnya air. Sementara warga masih berkumpul di tempat lebih tinggi. Beberapa warga terlihat sudah menyelamatkan barang-barang agar tak ikut terdampak banjir,” jelasnya.
Tak hanya di Anak Aia, sejumlah wilayah lain seperti Jembatan Basi, Tarok, Mandiangin, dan Gurun Panjang juga sempat direndam air namun perlahan mulai surut. (cr8)