KHATIB, METRO
Kontestan politik dan kualitas pasangan calon yang bertarung pada Pilkada 2020 diprediksi akan menjadi penentu terhadap meningkat atau menurunnya pemilih. Hal itu diungkapkan pengamat politik sekaligus dosen Universitas Andalas, Khairul Fahmi.
“Apapun alasannya, jika pemerintah memutuskan pilkada dilaksanakan, maka suka tidak suka, mau tidak mau tentu akan dilaksanakan KPU dan begitupun sebaliknya,” katanya saat menjadi narasumber pada diskusi terkait kesiapan pelaksanaan Pilkada Serentak pada 9 Desember 2020 di Kopi Batigo, Kamis (24/7) malam.
Ia menambahkan, dalam pilkada di tengah pandemi, dua hak yang paling penting adalah hak kesehatan dan juga hak pilih. “Hak pilih merupakan hak setiap warga negara menentukan pilihannya. Dementara hak kesehatan merupakan hidup dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Bagaimanapun dikondisi saat ini hak kesehatan merupakan prioritas utama,” ungkapnya.
Untuk pilkada terangnya, jika tetap dilaksanakan maka tentu harus dengan anggaran yang besar dan juga cara-cara kreatif. Seperti yang diketahui tingkat golput dari pilkada ke pilkada terus menurun.
“Belajar dari pengalaman saat pilres lalu, pertarungan dua calon kuat antara pendukung pemerintah dan yang ingin pola dan sosok baru terbukti mampu meningkatkan animo pemilih. Ini perlu dijadikan salah satu solusi untuk pilkada serentak nanti,” jelasnya. (heu)