Oleh: Zulkifli
Kepedulian Anggota DPR RI, H. Andre Rosiade SE, membantu masyarakat di tengah pendemi virus corona atau Covid-19 malah mendapatkan serangan dari buzzer-buzzer tidak bermoral. Bahkan, ketua DPD Partai Gerindra Sumbar itu pun mereka ibaratkan Bagaikan Raja Makedonia Alexander, bahkan raja Mesir kuno nan zalim, Firaun.
Minimnya bantuan wakil rakyat, politikus dan partai politik (parpol) di tengah pandemi Covid-19 di Ranah Minang dinilai mencerminkan ketidakpekaan mereka yang selalu mengatakan peduli, kepada masyarakat. Pastinya di saat mau dipilih. Namun, mereka justru tak hadir di saat rakyat membutuhkan bantuan di masa sulit.
Keadaan ini berbanding terbalik dengan masa-masa kampanye jelang Pemilu 2019. Saat itu, parpol maupun anggota partai yang mengincar kursi legislatif berlomba-lomba memberi bantuan. Mulai dari bahan pokok sehari-hari, hingga kaos dan atribut kampanye lain yang sebenarnya tak dibutuhkan oleh masyarakat. Karena kondisi saat itu baik-baik saja sebenarnya.
Tetapi kondisi ini tidak menjadi beban bagi mereka. Namun sikap yang tidak bermoral mereka perlihatkan dengan mempersiapkan buzzer (pendengung yang nyinyir) untuk merangkai bait narasi jahat untuk menyerang pejuang politik yang menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Bukan diam saja di kursi empuk kekuasaan. Bungkam.
Salah satu contohnya adalah politikus muda Andre Rosiade. Dia yang sedang membangun opini publik, berupaya mengubah pradigma partai politik dan politikus di tengah masyarakat. Rakyat yang telah menjatuhkan vonis kepada politikus itu, kalau mereka peduli hanya saat ada maunya. Setelah itu hanya mencari kesenangan keluarga dan koleganya semata.
Andre Rosiade diberikan amanah oleh masyarakat Ranah Minang, terutama daerah pemilihan Sumbar 1 (Padang, Padangpanjang, Tanahdatar, Sijunjung, Sawahlunto, Dharmasraya, Kota Solok, Kabupaten Solok, Solok Selatan, Pesisir Selatan dan Kepulauan Mentawai) pada Pileg 2019. Suaranya signifikan, 135 ribu, terbanyak di Dapilnya. Andre membuktikan bahwa tidak semua anggota dewan itu hanya hadir di saat membutuhkan suara rakyat saja.
Beribu upaya yang dilakukan oleh Andre Rosiade untuk menyelamatkan satu per satu nyawa manusia, mulai dari membentuk tim untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan melakukan penyemprotan cairan disinfektan secara massal di Padang dan beberapa daerah lainnya. Tim itu terus melakukan misi selama lebih dari dua bulan dan sampai sekarang masih terus berlangsung.
Selanjutnya mengirimkan alat pelindung diri (APD) baik untuk relawan maupun paramedis, penyaluran puluhan ribu paket sembako, dan dia pun memberikan bantuan langsung tunai (BLT) bagi masyarakat yang terdampak sangat parah oleh wabah ini. Juga ada pembagian puluhan ribu masker dan ribuan hand sanitizer, saat semua masih belum bergerak.
Andre Rosiade tidak hanya membantu masyarakat umum saja. Bahkan warga yang sedang melakukan isolasi mandiri yang telah terkonfirmasi Covid-19 juga dibantu. Andre menurunkan tim untuk memastikan kebutuhan dasar keluarganya selama 14 hari. Agar masyarakat tersebut tidak menyebarkan wabah ini kepada orang lain dengan berjalan ke luar rumah. Di pusat, Andre juga membagikan sembako untuk perantau yang terdampak Covid-19.
Sedihnya, apa yang dilakukan Andre Rosiade di tengah masyarakat membuat orang-orang satu profesi dengannya merasa terganggu. Bahkan, mereka yang sebenarnya sama-sama memiliki kemampuan dan jaringan merasa risih dan merasa tersaingi. Sepertinya mereka takut kehilangan panggung di tengah masyarakat. Karena mungkin saja, panggung itu benar-benar telah dikuasai penuh Andre.
Alih-alih membuat gerakan yang sama dengan Andre, malah mereka mempersiapkan buzzer-buzzer yang memiliki kemampuan literasi sebenarnya hebat, tapi dipakai untuk hal yang jahat.
Untuk menyerang Andre Rosiade yang juga Ketua Harian DPP Ikatan Keluarga Minang (IKM) ini, mereka membangun opini di tengah masyarakat bahwa Andre hanyalah mencari panggung. Kalau kita bicara jujur, Andre tidak butuh panggung lagi sebab beliau sedang berada di atas panggung megah, panggung nasional. Jadi politisi papan atas di DPR RI, Senayan itu.
Akhir-akhir ini serangan semakin membabi buta terhadap Andre. Bahkan disamakan dengan raja yang mengatakan dia selalu benar, Firaun. Andre diibaratkan dengan hal-hal yang buruk. Begitu juga dilekatkan kepada nama Alexander yang Agung dari Makedonia yang ingin menaklukkan semua wilayah di bawah kakinya. Tentunya menyamakan Andre dengan Firaun yang ditenggelamkan Tuhan di Laut Merah karena kejahatannya adalah sebuah hal yang sangat tidak bermoral.
Sungguh miris melihat perdebatan politik tidak bermoral di negeri ini. Semoga kita semua bisa memandang pekerjaan orang lain dari sisi baiknya saja, tidak negatifnya. Kalau merasa terusik dengan kerja-kerja politik Andre yang langsung bermanfaat untuk rakyat, sebaiknya dilawan dengan kerja yang sama – atau bahkan lebih hebat lagi. Bukan diserang, bukan dibully. (Ketua Komite Peduli Bencana Padang)