PAUH, METRO–Memprihatinkan. Sawah produktif yang ada di Kota Padang terus mengalami pengurangan karena mengalami peralihan fungsi. Seperti di Kecamatan Pauh. Kecamatan tersebut merupakan lumbung padinya Kota Padang di samping Kuranji dan Kototangah. Namun sekarang lahan-lahan produktif yang ada di sana berubah dan beralih fungsi menjadi rumah kos.
”Memang sebagian besar lahan sawah produktif di sini banyak yang sudah beralih fungsi jadi rumah kos. Tapi kita tak bisa melakukan penindakan, karena kita tak ada kewenangan untuk itu,” sebut Camat Pauh, Wardas Tanjung usai membuka sosialisasi tentang Penataan Ruang dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kecamatan Pauh, Kamis (20/10).
Hadir sebagai narasumber pada acara tersebut Kabid Pemetaan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Perumahan (TRTBP) Kota Padang, Yulfis, Kabid Pengawasan dan Penertiban, Rido.
Wardas menjelaskan, berdasarkan data statistik tahun 2014 yang dirilis di tahun 2015, total luas lahan yang digunakan di kecamatan Pauh adalah 14.629 hektare. Untuk persawahan seluas 1.061 hektare, kebun seluas 464 hektare, perladangan seluas 218 hektare, hutan rakyat seluas 1.896, tambak dan kolam ikan seluas 229 hektare, lahan yang dipergunakan untuk jalan dan perkantoran adalah 10.760 hektare. Umumnya, kata Wardas, rumah-rumah kos milik masyarakat memakai lahan persawahan.
Dia mengatakan, pertambahan rumah kos di Kecamatan Pauh selama satu tahun bisa mencapai 20 hingga 30 unit. Dan jumlahnya terus meningkat. ”Kita tak bisa larang mereka membangun,” katanya.
Sementara itu Kabid Pemetaan Dinas TRTBP, Yulfis mengatakan, sesuai dengan Perda RTRW Kota Padang, lahan pertanian produktif tidak boleh dialihfungsikan. Saat ini, kata dia, TRTBP terus melakukan pengawasannya melalui perizinan. ”Kita tidak akan keluarkan IMB-nya jika peruntukan lahannya tidak sesuai dengan Perda RTRW,” kata Yulfis.
Saat ini, kata Yulfis, sosialisasi kepada lurah dan tokoh masyarakat aktif dilakukan. Dengan begitu masyarakat diharapkan bisa paham dengan aturan dan tidak membangun rumah atau tempat los di lahan produktif. ”Dalam setiap sosialisasi selalu kita jelas soal fungsi lahan ini,” kata dia.
Pantauan koran ini kemarin, deretan rumah rumah kos yang baru terlihat mencolok di kawasan Pasar Baru. Di sana, sebagian besar bangunan-bangunan milik masyarakat yang baru dibangun menjadi rumah kos. Masyarakat mengaku lebih beruntung menjadikan lokasi sawah mereka sebagai rumah kos dari pada menanam padi atau sayur.
”Yang cari kos-kosan banyak. Satu kamar bisa Rp500 ribu per bulan. Tentu bisnis ini lebih menjanjikan dari pada kami bertanam padi yang hanya bisa panen 1 kali 3 bulan,” ungkap Irwan (40) salah seorang warga kepada koran ini. (tin)