DHARMASRAYA, METRO
Empat pasien positif terjangkit virus corona (Covid-19) mengamuk di ruang isolasi Puskesmas Sialang, Kabupaten Dharmasraya lantaran kesal tidak diperlakukan dan dilayani layaknya seorang pasien. Bahkan, saking kesalnya, salah seorang pasien memecahkan CCTV di ruang isolasi.
“Kami sudah lima hari diisolasi di sini, kami tidak di cek oleh petugas medis. Ketika ditelpon, selalu jawabnya nanti dikonfirmasi,,” ungkap salah pasien positif Covid-19 berinisial S (51) ketika berkomunikasi dengan anggota DPRD Provinsi Sumbar, Yosrisal melalui via telpon di Covid-19 Center Puskesmas Sialang.
Ditambahkan pasien S, ia bersama dengan pasien lainnya merasa sangat kesal lantaran kamar isolasi tidak dibersihkan. Sampah tidak pernah dibuang keluar dan bertumpuk begitu saja di dalam kamar karena dirinya tidak diperbolehkan membuang sampah ke luar ruangan.
“Saat kami mau buang sampah tidak boleh dan dimarahi. Sementara itu, kondisi kamar mandi airnya macet dan embernya sudah berlendir. Kran air yang rusak kita pesan dari rumah dan kita bawa dua buah. Ember penampung air sangat kotor, sementara alat pembersih WC tidak ada. Sudah kami minta, dua hari baru sampai, itupun barang bekas,” jelas pasien S dengan nada kesal.
Bahkan, saat ditanya persoalan makan pasien selama diisolasi, pasien S menyampaikan, pada awal diisolasi di Puskesmas tersebut, makanan yang diberikan tidak sesuai dengan jadwal. Namun, setelah dilaporkan ke Juru Bicara Penanganan Covid 19 Dharmasraya, makanan yang diberikan sesuai jadwa.
“Kalau makan, pernah beberapa hari sempat terlambat. Pasien lain hari pertama sarapan pagi datang jam 15.00 WIB dan dimakan jam 16.00 WIB. Sedangkan saya puasa, makanya dapat jatah makan jam sahur dan berbuka. Kita telpon Pak Rahmadian, baru makanan datang sesuai jadwal,” jelas pasien S.
Menurut pasien S, saat ini kondisi fisiknya tidak ada mengalami gejala dan baik-baik saja. “Kami diberikan obat antibiotik, paracetamol, sedangkan vitamin pada hari ketiga dikirimkan oleh Tim Dharmasraya Peduli Covid-19, bukan pemerintah pak,” ujarnya.
Terkait dengan tempat isolasi ini, ia sangat menyayangkan kondisi ini. “Kami dikarantina tanpa ada perhatian dari Dinas Kesehatan, saat ditanya jawabnya nanti dikomfirmasi,” jelasnya.
Ditambahkan pasien S, ia sangat siap untuk dikarantina atau isolasi oleh Pemerintah Daerah. Namun, ia juga meminta agar fasilitasi untuk menjalani isolasi juga dipenuhi untuk mempercepat penyembuhan.
“Selain itu, keluarganya juga tolong dibantu kebutuhannya lauk pauk dan sayurnya, kalau hanya beras dan mi instan kami juga takut makannya, karena jarang makan mi,” ujar pasien S.
Sementara itu, dokter jaga di Covid Center Puskesmas Sialang, dr Nelvi Annisa didampingi perawat Syahril membenarkan adanya pasien lositif Covid-19 yang mengamuk di ruang Isolasi.
“Memang ngamuk, sampai cctv dirusak. Saat ditanya ke pasien ia kesal tidak pernah dicek dan setelah dicek semuanya normal,” ujarnya
Saat ditanya terkait fasilitas ruang isolasi ini sudah sesuai SOP atau tidak, Nelvi Annisa mengakui ruangan isolasi di Covid Center Puskesmas Sialang, Kecamatan Pulau Punjung, memang tidak layak untuk merawat pasien positif Covid-19.
“Ia benar, dan ruangannya berukuran 4×6 dengan empat kasur dan diisi 4 orang tampa sekat,” jawab Nelvi saat dikomfirmasi Awak media di Covid Center Sialang Kamis (30/4).
Terpisah Juru Bicara Penanganan Covid-19 Dharmasraya, dr Rahmadian mengatakan, petugas medis tidak mungkin sering- sering ke dalam ruangan isolasi karena keterbatasan Alat Pelindung Diri ( APD). Di samping itu, mereka juga pasien orang tanpa gejala (OTG). “Sejak hari pertama mereka dirawat, langsung mengontak saya. Apa yang mereka keluhkan langsung kita penuhi,” terang dr. Rahmadian.
Terkait ruang isolasi di Covid center Sialang, Rahmadian menyebutkan bahwa ruangan itu tidaklah memungkinkan. “Kalau kapasitas memang tidak memungkinkan, karena sempit untuk 4 orang. Kalau tanpa sekat tidak masalah, begitu arahan dari ahli, yang penting sama-sama positif. Asal jangan satu rapid positif digabung dengan swab positif,” ujarnya.
Rahmadian menambahkan kalau kebersihan, dirinya sudah komunikasi di hari kedua dengan S. Dan dia memaklumi, bahkan dia yang menawarkan bahwa dia saja yang bantu membersihkan. “Kita tentu tidak setiap saat masuk ruangan, karen harus pakai APD. Hanya saja pasien S sejak diambil swab sudah komplain, dan tempramen. Setiap hari ada saja yang dikeluhkan. Meski begitu, keluhannya tetap kita tampung,” ungkap Rahmadian.
Menurutnya, daerah yang sudah menyiapkan karantina ada di Padang dan Padang Panjang. Kalau mereka ditempatkan di sana, kasihan terlalu jauh dari keluarga. Rahmadian menambahkan bahwa pasien ini akan dipindahkan ke Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
“Kita selalu memikirkan mereka, walaupun kita juga tetap harus memotivasi petugas- petugas kita yang memang punya rasa takut dan itu manusiawi. Kita akan segera memindahkan mereka ke tempat yang baru yakni dikarantina ke Sanggar SKB di Gunung Selasih Kecamatan Pulau Punjung,” pungkasnya. (g)