Suasana acara potang balimau di sungai Batang Maek, Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota, tahun lalu yang dipadati warga lokal dan juga wisatawan. Acara ini sudah menjadi tradisi setiap tahun.
LIMAPULUH KOTA, METRO–Aliran sungai Batang Maek di Nagari Pangkalan, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, sehari menjelang memasuki bulan suci Ramadhan berganti menjadi lautan manusia. Tua, muda, laki-laki dan perempuan anak nagari Pangkalan, para perantau yang tergabung dengan Persatuan Keluarga Pangkalan Seluruh Indonesia, dan wisatawan lokal hingga mancanegara menceburkan diri mandi di aliran Batang Maek.
Kegiatan yang sudah menjadi tradisi alek anak nagari Pangkalan ini dinamakan “Potang Balimau”, untuk bersih-bersih diri, sekaligus menjalin silaturahmi antara masyarakat di kampung halaman dengan perantau.
Setiap tahun menjelang puasa Ramadhan gelaran menyongsong “Potang Balimau”, berbagai kegiatan positif yang mampu mempersatukan sekaligus merajut kembali rasa persaudaraan antar sesama anak nagari digelar. Tahun ini, beberapa minggu menjelang Ramadhan, anak nagari Pangkalan sudah menyelenggarakan open turnaman bola kaki antar klub terbaik Sumbar-Riau. Kemudian, tabliq akbar dengan tema “Limapuluh Kota Berzikir” di Masjid Raya Pangkalan, Jumat (3/6).
Kemudian, Sabtu (5/6), dilakukan penyambutan kepulangan perantau anak nagari Pangkalan yang tergabung dalam PKPSI. Untuk tahun ini, diprediksi para perantau akan pulang basamo sekitar 1000 orang dengan menggunakan mobil bermerek “Potang Balimau”.
“Kita mengundang Kementerian Pariwisata dan Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, Trasmigrasi. Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati Limapuluh Kota serta DPRD Limapuluh Kota,” ungkap Wali Nagari Pangkalan, Diswanto, Sabtu (5/6).
“Potang Balimau” sudah menjadi tradisi budaya yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang. Bahkan, Diswanto yang sudah berusia 45 tahun, mengaku sudah mendapati tradisi “Potang Balimau” sejak lahir.
“Potang balimau” ini identik dengan sampan hias berbentuk mimbar masjid, dijadikan sebuah acara adat yang mempunyai nilai-nilai keagamaan dan juga dalam menjalin tali persatuan dan kesatuan masyarakat. Dan, sampai saat ini tetap dilestarikan oleh masyarakat Pangkalan setiap memasuki bulan ramadhan.
Menurut Diswanto, setiap tahun kemeriahan alek nagari itu terus mengalami peningkatan. Tidak hanya dari segi kegiatan acara, kemeriahan acaranya. Tidak hanya diramaikan anak nagari, tetapi sudah banyak masyarakat luar dari berbagai kabupaten/kota di Sumbar datang untuk melihat langsung.
“Tahun lalu sekitar 30 ribu orang ikut menyaksikan “Potang Balimau”. Tahun ini, diprediksi mencapai 40 ribu,” jelasnya.
Terpisah, Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan menyebut, tradisi dan sejarah seperti “Potang Balimau” dimasukkan dalam pelajaran muatan lokal di sekolah. Sehingga, generasi muda mengetahui apa saja tradisi dan sejarah di daerah.
Dijadikannya “Potang Balimau” sebagai materi muatan lokal, katanya, secara tidak langsung akan menjadi sebuah proses transfer ilmu sejarah terhadap generasi penerus di daerah. “Suatu aktivitas kegiatan, juga diharapkan memiliki tema yang dapat menumbuhkan semangat semua orang. Mari kita jaga tradisi, kita tegakkan syara’ untuk mambangkik batang tarandam,” sebut Ferizal. (US)















