SOLOK, METRO
Jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok bersama lembaga pemerintah dan non pemerintah, akademisi, pihak swasta, organisasi profesi dan perwakilan masyarakat, mendeklarasikan komitmen soal kasus gizi anak alias stunting. Di antaranya menyepakati rencana kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi serta membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan stunting.
Kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan pada surat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No B.198/M.PPN/D.5/PP.01.01/04/2019 tanggal 5 April 2019 perihal penyampaian kabupaten dan kota lokasi pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi, Kabupaten Solok ditetapkan sebagai daerah prioritas penanganan stunting nasional.
”Pada tahun 2019 lalu, Kabupaten Solok ditetapkan sebagai lokus stunting Sumatera Barat, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2019, Kabupaten Solok berada pada urutan ketiga jumlah penderita stunting terbanyak, ini butuh komitmen bersama dalam memutus rantai stunting,” kata Bupati Solok Gusmal saat acara Rembuk Stunting di ruang Solok Nan Indah, kemarin.
Untuk diketahui, Data balita stunting di Kabupaten Solok berdasarkan data tahun 2013 sebesar 39,69 persen. Berdasarkan hasil PSG (Penilaian Status Gizi) tahun 2018 menjadi sekitar 30,5 persen, atau sekitar 1.638 Balita dari 5.376 Balita di Kabupaten Solok, atau masih diatas target WHO sebesar 20 persen.
Dengan kondisi demikian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok melakukan upaya penanganan yang serius dengan garda terdepan ada di Puskesmas, bahkan seluruh instansi harus saling bahu-membahu dalam menangani masalah stunting ini. Tahun 2019, ada 10 nagari yang menjadi wilayah sasaran (penanganan) stunting Kabupaten Solok.
Di antaranya, Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih, Aiadingin Kecamatan Lembah Gumanti, Batubajanjang, Kotolaweh, Kotogadang Koto Anau di Kecamatan Lembang Jaya, lalu Nagari Taruang-Taruang Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, kemudian Tanjung Bingkung Kecamatan Kubung, serta Sariakalahan Tigo Kecamatan Hiliran Gumanti.
Dijelaskan, salah satu penyebab utama tingginya angka stunting di Kabupaten Solok, yakni kurangnya pengetahuan masyarakat, dan kurangnya penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan asupan gizi. Akses makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, pola asuh dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termaksud sanitasi dan air bersih, seharusnya menjadi perhatian Menurutnya, yang perlu dikhawatirkan bukan hanya stunting saja, penyakit tersebut akan berbahaya jika kondisi anak yang lemah.
Gusmal mengatakan, sesuai dengan arahan presiden, penanganan permasalahan stunting dilakukan secara terintegrasi melalui pelaksanaan 5 pilar pencegahan stunting yang terdiri atas komitmen dan visi pemimpin, kampanye yang berfokus pada pemahaman perubahan perilaku, komitmen publik dan akuntabilitas, konvergensi, koordinasi dan konsilidasi program nasional, daerah dan masyarakat, mendorong kebijakan nutritional food security, dan pemantauan dan evaluasi
Calon pengantin dan ibu hamil hendaknya diberikan sosialisasi dan pengetahuan mengenai persiapan mental dan pemahaman mengenai berkeluarga dan pengasuhan anak yang baik, serta lakukan pembinaan intens terhadap keluarga, terutama yang memiliki bayi dan balita (berkaitan dengan pemenuhan gizi yang baik).
Kemudian konfirmasi, sinkronisasi dan sinergisme kegiatan dari SKPD penanggungjawab layanan di kabupaten hingga ketingkat kecamatan dan nagari merupakan hasil yang diharapkan nantinya. Ia berharap secara bersama-sama mampu menurunkan angka stunting di Kabupaten Solok, sehingga kedepannya bisa memiliki anak-anak yang sehat, cerdas, mampu bersaing di era globalisasi dan mampu membangun Kabupaten Solok di segala bidang.
Persoalan stunting tersebut merupakan tantangan besar dan butuh kerjasama dari semua pihak, termasuk SKPD dalam rangka penanganan dan upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Solok.
Lebih lanjut, ia sudah menugaskan dinas terkait untuk fokus pada Paninggaham dan 9 nagari lokus stunting lainnya, terutama para oetugas harus secepatnya dapat mengenali lingkungan penyebab stunting itu sendiri, sehingga nantinya berguna dalam membuat kebijakan, setelah itu libatkan perantau Kabupaten Solok untuk ikut berperan serta dalam mengatasi masalah stunting tersebut.
“Saya yakin jika kita semua serius menangani masalah stunting ini, maka nantinya angka stuntig di daerah kita akan jauh berkurang dari data yang ada saat ini,” pungkasnya. (vko)















