AGAM, METRO
Akibat kanker tulang ganas yang terus menggerogoti kaki kirinya, sehingga terus membesar, membuat tubuh anak yang masih berusia 14 tahun itu pun semakin lemah. Pelajar salah satu pesantren di Padang ini juga terpaksa menghentikan kegiatan pendidikannya sejak empat bulan terakhir karena kondisi sakitnya yang tidak memungkinkan untuk bersekolah.
Jumat(6/3) lalu, rombongan alumni SMPN 1 dan SMAN 1 Lubuk Basung, Sumatera Barat yang tergabung dalam komunitas Bintang Saiyo 892, mencoba mengunjungi anak yang bernama Alfajri Maulana. Biasanya dia akrab dipanggil Aji.
Di kediaman sederhana di belakang gedung SMP Muhammadiyah Lubuk Basung, Aji terbaring lemah dengan posisi menelungkup karena tak kuat menahan beban kakinya yang kian membesar karena diserang kanker. Ia hanya dirawat orangtuanya, Chaidir dan Halimah di rumah.
Sang ayah, Chaidir, merupakan seorang garin di Masjid Istiqlal Pincuran Tujuah, Lubuk Basung, dengan lirih menceritakan kondisi anaknya yang hanya bisa terbaring lemah dan terpaksa diistirahatkan dari pesantren karena kondisinya yang sekarang.
“Di usia remajanya, Aji divonis terkena kanker tulang stadium lanjut di bagian tulang pahanya, kanker tulang osteosarcoma. Berdasarkan keterangan dokter, usia Aji memang usia yang rentan terhadap kanker tulang osteosarmcoma, namun kanker tulang ini dikatakan termasuk kanker tulang yang langka,” bebernya.
“Awalnya kami sekeluarga tidak percaya Aji menderita kanker tulang ganas ini, karena sebelumnya dalam keluarga tidak ada riwayat menderita penyakit kanker, tidak ada faktor keturunan,” tambahnya.
Dijelaskan , Chaidir, kanker tulang osteosarcoma bisa terjadi disebabkan beberapa faktor, termasuk faktor dari luar. Dalam kejadian yang menimpai Aji, bermula dari dirinya terjatuh saat olahraga sepak bola karena tanpa senanga tersandung oleh temannya. Aji kemudian merasakan kakinya ngilu, lalu dibawa oleh pihak pesantren ke tukang urut.
Awalnya, Aji hanya dianggap sakit kaki biasa. Tapi lama kelamaan kakinya semakin membengkak. Begitu diperiksakan ke dokter di rumah sakit, dokter mengatakan ternyata tulang Aji yang terbentur itu mengalami tumor tulang ganas dan berpotensi kanker.
“Kami kaget bukan kepalang namun rasanya masih tidak percaya. Karena terkendala biaya, Aji dibawa pulang. Aji diobat alternatif, namun pembengkakan di kaki Aji semakin membesar dan kondisinya tidak kunjung membaik,” tambah Chaidir.
Chaidir mengaku, berbagai upaya dilakukannya, termasuk meminta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dia memberanikan diri melakukan pemeriksaan lebih lanjut di Rumah Sakit Semen Padang untuk di MRI memastikan tumor itu. Hasilnya benar, bahkan tumor itu semakin membesar dan menyebar.
Kemudian, Aji diperiksa lebih lanjut hingga biopsi di RS Islam Ibnusina. Dokter menyatakan dirinya menderita kanker tulang osteosarcoma, dan kemudian dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang, tempat Aji dirawat saat ini untuk Kemotrapi.
Betapa hati seorang ayah tak kuasa menahan sedih, menyaksikan anak remajanya yang gagah tidak bisa tidur setiap malam karena menanggung ngilu yang amat sangat di kaki yang terus membengkak.
“Kami bergantian menjaganya. Rasa ngilu di kakinya tidak tertahankan karena itu harus segera dilakukan tindakan kemotrapi agar penyakit ini tidak semakin parah dan menyebar,” tutur Chaidir.
Hal yang kemudian makin menyedihkan, pemeriksaan terhadap Aji menunjukkan kanker yang ia derita di kaki menyebar ke paru-paru, membuat dia batuk-batuk hingga sesak napas.
“Bagaimanapun, Kami tetap berusaha melawan kanker ini. Saat ini, Kami membutuhkan biaya yang cukup besar untuk membeli obat dan suplai penunjang proses kemoterapi yang mahal dan tidak dilayani BPJS,” jelas Chaidir.
Penghasilan sebagai seorang garin masjid, menurut Chaidir, dan istrinya yang hanya guru honorer di sebuah taman kanak-kanak, bisa dikatakan sangat jauh dari kata cukup untuk bisa membiaya pengobatan Aji.
“Saya yakin kuasa Allah, ini ujian. Tapi kami akan terus berusaha untuk kesembuhan Aji,” pungkas Chaidir, tak kuasa menahan air mata. (pry)