PADANG, METRO – Peringatan Hari Toilet Sedunia 2019, Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) dan Perkumpulan Keluarga Berencana (PKBI) Sumatera Barat bekerja sama dengan Forum Editor, Menggelar diskusi Sanitasi yang bertemakan “Sanitasi Buruk Berkontribusi Melahirkan Generasi Stunting”.Prof Dr dr Masrul SpGK, MSc yang membahas Kajian Stunting si Sumatera Barat, tampak hadir dalam kegiatan peringatan Hari Toilet tersebut. Sebelum forum dibuka, Direktur Eksekutif LP2M Ramadhaniati membeberkan, usai bincang-bincang selesai, dilanjutkan dengan pengumuman juara menulis artikel/berita yang berkaitan dengan sanitasi.
“Sebelumnya kita bersama LP2M dan PKBI Sumbar yang bekerja sama dengan Forum Editor telah melaksanakan Media Trip ke beberapa kabupaten dan kota. Berkaitan dengan itu, kita juga telah mengadakan lomba menulis yang berkaitan dengan sanitasi tersebut. Nah, pada hari ini kita akan mengumumkan siapa-siapa yang menjadi pemenang salam penulisan,” sebut Ramadhaniati, Senin (9/12).
Hal senada juga disampaikan Direktur Eksekutif PKBI Sumbar, Firdaus Jamal bahwasanya dengan diadakannya Trip dan jenis perlombaan bisa mengangkat isu sanitasi yang jelas merupakan musuh bagi masyarakat Indonesia khusus Sumbar. “Sebanyak 19 beserta dari media cetak dan elektronik yang mengikuti lomba dalam penulisan artikel ataupun berita terkait sanitasi dan hampir semua yang ikut menguasai persoalan sanitasi. Kami berharap kedepannya, sanitasi akan menjadi isu menarik untuk dikaji oleh para awak media,” sebut Firdaus.
Kemudian terkait topik bincang-bincang yang dimoderatori Eko Yanche dari Forum Editor. Bahwasanya dalam pencegahan Sanitasi buruk itu dibutuhkan komitmen dan hal itu disampaikan Prof Dr dr Masrul di Pangeran Beach Hotel.“Dibutuhkan komitmen kita bersama dalam mengatasi sanitasi buruk yang akan melahirkan generasi stunting. Tidak hanya dari pemerintahan, melainkan peran penting media ataupun masyarakat itu sendiri sangat dibutuhkan,” sebut Masrul.
Ditambahkan, ini memang merupakan pekerjaan berat bersama. Sebab, sanitasi telah terkesampingkan oleh isu-isu lain. Padahal, jika akses sanitasi buruk yang berujung kepada stunting, negara juga akan ikut buruk dan tentu masyarakat dan negara sangat dirugikan dalam hal ini.
“Dalam mengatasi sanitasi buruk ini, idealnya langsung ke rumah tangga, karena memberdayakan masyarakat untuk membangun sanitasi ODF sungguh sangat sulit. Jika belum terselesaikan, barulah pemerintah/negara ikut andil untuk mengatasi,” sebutnya.
Kemudian Technical project officer WASH SNV, Arti Indallah mengungkapkan bahwa sulitnya akses sanitasi. Dalam pertemuan itu ia mengkampanyekan ssbuah stiker berbunyi “Mohon maaf toilet lagi tidak bisa digunakan” yang menggambarkan masih sulitnya akses sanitasi terkait jamban. “Selanjutnya program cuci tangan pakai sabun juga sangat penting. Percuma memiliki WC kalau tidak mencuci tangan pakai sabun. Kita bersama LP2M dan PKBI, telah menjalankan program ini dari tahun 2016,” terang Arti.
Selanjutnya Dr Abdullah Khusairi, MA dari UNI IB Padang yang menyorot Pemberitaan Isu Sanitasi Oleh Media mengungkapkan, beberapa media saat ini belum berhasilan menjadikan isu sanitasi menjadi isu yang menarik untuk dibahas. “Sama-sama kita ketahui bahwa sanitasi menghasilkan generasi stunting. Ini adalah tugas media massa untuk menggubris bagaimana caranya agar isu sanitasi menjadi seksi,” ungkap Abdullah.
Sementara Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Safwan membenarkan bahwa isu sanitasi tidak se seksi berita yang lain. Padahal, jika persoalan satinasi menjadi isu prioritas di media massa, kemungkinan persoalan tersebut akan cepat terseselesaikan. “Sama-sama kita ketahui, bahwa dalam mengatasi sanitasi buruk membutuhkan komitmen dan prilaku masyarakat,dan media massa sangat berkompeten dalam Dalam hal ini. Sedangkan dinkes sendiri telah melakukan pendekatan kepada keluarga. Artinya, pertugas kita yang ada dilapangan langsung menemui keluarga untuk memberikan pengetahuan tentang sanitasi,” ujarnya.
Perlu diketahui, sambung Safwan, hanya tiga daerah yang sudah betul-betus akses yakni Kota solok, Padang Panjang dan Payakumbuh. Menurutnya, kampanye ini cukup menggambarkan bahwa masih buruknya akses sanitasi untuk Sumatera Barat. “Dan untuk memecahkan permasalahan ini, kita bersama LP2M dan BKBI telah menjalankan program mengatasi sanitasi sejak tahun 2016 lalu,” ujarnya. (cr1)