ilustrasi
PASBAR, METRO–Bisnis “lendir” makin meruyak hingga ke pelosok kampung. Tak hanya di ibu kota, para mucikari-mucikari dan anak galeh menjajakan kenikmatan sesaat untuk lelaki hidung belang. Pelacur-pelacur dengan mudah didapat hidung belang, karena tersedianya tempat tanpa ada yang mengawasi.
Seperti yang terjadi di Jorong Pujarahayu, Nagari Kotobaru, Kecamatan Luhak nan Duo, Kabupaten Pasbar. Senin (14/3) sekitar pukul 17.00 WIB, seorang mucikari berhasil ditangkap bersama seorang pekerja seks komersil (PSK). Kedua wanita yang sudah tidak muda ini lagi dibekuk di sebuah rumah.
Ketika ditangkap, keduanya cukup kaget dan tak menyangka jika polisi sudah mengepung rumah mereka. Saat ditangkap sang mucikari, RI (46) berpakaian santai. Baju kaos dan celana pendek. Sementara si PSK, yakni DI (40) sudah segeh. Memakai dress mini berwarna pink.
”Aktivitas mucikari bersama PSK itu sudah lama diintai aparat. Kita menunggu waktu yang tepat dan bukti kuat untuk menangkap mereka semua,” ungkap Kapolres Pasbar AKBP Toto Fajar Prasetyo melalui Kasat Reskrim AKP Arie Sulistyo Nugroho, kepada POSMETRO, Selasa (15/3).
Penangkapan DI sebagai mucikari tidaklah mudah. Pelaku perlu bukti kuat untuk menangkap wanita bertubuh gempal ini. Warga setempat juga sudah lama memberi laporan perihal aktivitas bisnis “esek-esek” yang dilakoni wanita itu.
”Menurut warga, mereka cukup lama mencurigai keberadaan rumah di Jorong Pujarayu itu. RI disebut sebagai mucikari karena menyediakan banyak wanita. Rumahnya juga dipakai untuk transaksi PSK dengan pelanggan yang sudah memesan,” ulas AKP Arie.
Untuk menangkap mucikari, tim Satreskrim menyusun rencana. Agar tak dicurigai, salah seorang anggota polisi sengaja menyamar sebagai lelaki hidung belang yang ingin memesan seorang PSK. Akhirnya transaksi dilakukan. Mucikari tak sadar jika ia sudah masuk perangkap.
Akhirnya setelah tarif PSK disetujui, polisi mendatangi rumah sang mucikari. Rupanya di dalam rumah sudah tersedia PSK yang akan “dipakai”. Tak ingin buruannya lepas, polisi terus melanjutkan penyamaran.
”Anggota tim Opsnal Buser yang menyamar masuk dalam kamar. Di sanalah transaksi dilakukan. Sudah ada wanita di dalam kamar itu. Setelah semua barang bukti lengkap, aparat langsung masuk dan menangkap kedua wanita itu,” ulas AKP Arie.
Kedua wanita ini akhirnya digelandang ke Mapolres Pasbar. Saat menjalani pemeriksaan, mucikari mengaku sudah hampir satu tahun menjadikan rumahnya sebagai tempat prostitusi. Biaya untuk satu PSK bervariasi. Untuk short time, cukup membayar Rp500 ribu sekali main. Biaya itu sudah include dengan kamar yang disediakan oleh mucikari.
Untuk long time atau pria hidung belang ingin memakai lebih lama lagi dan dibawa keluar, lain lagi ceritanya. Semua tergantung saat terjadi transaksi antara mucikari dengan si pemesan. Biasanya makin muda PSK yang diinginkan, makin mahal pula biaya yang harus dikeluarkan pria penikmat nafsu sesaat ittu.
”Kedua wanita ini masih kita tahan di Mapolres Pasbar. RI sebagai mucikari. Dan kita memerkirakan masih banyak bisnis lendir yang terjadi di Pasbar. Bisnis prostitusi yang menjanjikan uang dengan mudah dan cepat ini harus dibasmi,” tegas AKP Arie. (end)












