PDG.PARIAMAN, METRO – Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Padangpariaman dr. H. Aspinuddin Darab, kemarin,membuka kegiatan desiminasi model pembinaan successfull aging dikalangan lanjut usia (lansia). “Kegiatan ini untuk menuju kesiapan meraih bonus demografi dan konsep tangguh dengan bina keluarga lansia,” kata kepala Dinas PPKB Padangpariaman H Aspinuddin Darab, kemarin.
Katanya, narasumber acara ini dari kegiatan ini tim dari perwakilan Bkkbn Sumatera Barat Teguh Widodo dan Kosultan H. Duski Samad. Peserta perwakilan dari dinas sosial Padangpariaman, dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kemenag Kabpadangpariaman dan Dinas Kesehatan Padangpariaman.
Dikatakan, penduduk Padangpariaman berusia 60 tahun akan terus meningkat setiap tahunnya. Kondisi tersebut membuat PPKB Padangpariaman harus bekerja keras. Salah satu upayanya adalah dengan meluncurkan program Bina Keluarga Lansia (BKL).
Kelompok kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia. Kegiatan yang dilakukan antara lain penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan dan pencatatan serta pelaporan.
“Banyaknya lansia sebenarnya bukan suatu ancaman jika mereka produktif. Karena itu, PPKB Padangpariaman bersama berbagai sektor, seperti kesehatan dan pendidikan mengembangkan program lansia tangguh. Selain merawat lansia ini lebih banyak hidupnya, dan lebih panjang masa produktif, PPKB sekarang bersama pakar geriatri berupaya mengembangkan lansia tangguh,” katanya.
Lansia tangguh adalah upaya agar meskipun telah berusia di atas 60 sampai 70 tahun lansia tetap produktif. Misalnya, memperpanjang usia bekerja bagi lansia pensiunan di sektor formal, baik perusahaan maupun PNS, di atas 58 tahun dan 60 tahun.
“Yang dibutuhkan dari mereka lebih banyak kebijaksanaannya atau otak, bukan otot. Juga mempertimbangkan risiko pekerjaan kasar. Para lansia itu diberikan berbagai pelatihan, sehingga masih bisa bekerja sampai 10 tahun berikutnya setelah pensiun. PPKB Padangpariaman membantu mempersiapkan menjadi kader keliling untuk mengampanyekan berbagai hal, termasuk soal KB,” ujarnya.
Lansia 70 sampai 80 tahun diharapkan bisa mandiri. Artinya bisa mengurus dirinya sendiri. Baru di usia 80 tahun ke atas hampir sebagian besar membutuhkan pendampingan melalui pengembangan home care atau pengobatan di rumah.
Upaya tersebut perlu didukung dengan kemampuan kesehatan, dan fasilitas publik yang mendukung lansia bisa berkarya. Mulai dari jalan, jembatan penyeberangan, transportasi publik, dan lainnya.
“Upaya lainnya adalah intervensi sejak awal siklus kehidupan manusia. Dimulai dari program 1000 hari pertama kehidupan. Antara lain dengan intervensi gizi yang memadai sejak dalam kandungan, saat bayi, balita, dan wajib belajar. Intervensi 1000 hari pertama penting karena penelitian menunjukkan balita yang kurang gizi kecenderungan menderita penyakit degeneratif di masa tua,” paparnya. (efa)