PADANG, METRO – Komisi Informasi (KI) Sumatera Barat dan Forum Jurnalis Keterbukaan Informasi Publik (FJKIP) melakukan studi tiru ke KI Pusat dan Pemprov DKI Jakarta. Kegiatan studi tiru ini dilaksanakan pada Senin-Rabu (4-6/11).
Studi tiru ini merupakan lanjutan dari Workshop Jurnalis Keterbukaan Informasi yang diikuti oleh puluhan wartawan media cetak, elektronik dan online di Sumbar pada 31 Oktober lalu di Kantor KI Sumbar. Dalam studi tiru ini, turut didampingi anggota DPRD Sumbar dari Komisi I, HM Nurnas dan Asisten I Bidang Pemerintahan Sumbar, Devi Kurnia. Serta, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sumbar, Yeflin Luandri.
Di KI Pusat, rombongan dari Sumbar disambut langsung Ketua KI Pusat Gede Narayana bersama Ketua Bidang Kelembagaan KI Pusat Cecep Suryadi, dan Ketua Bidang Regulasi dan Kebijakan Publik KI Pusat Muhammad Syahyan. Pertemuan dengan KI Pusat ini dilaksanakan Senin (4/11) di ruang rapat lantai 9 Kantor Sekretariat KI Pusat di Wisma BSG, Jakarta.
Ketua KI Sumbar, Adrian Tuswandi mengatakan, bahwa pembentukan FJKIP yang merupakan forum wartawan se-Sumbar untuk membantu penyebaran berita tentang keterbukaan informasi publik. Adrian menambahkan, FJKIP yang dibentuk 31 Oktober 2019, didukung seluruh unsur organisasi wartawan, mulai dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Sumbar, AJI (Aliansi Jurnalis Indonesia), IWO (Ikatan Wartawan Online), IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) Sumbar.
Ketua KI Pusat, Gede Narayana menyampaikan apresiasinya dengan terbentuk FJKIP yang dapat membantu kinerja Komisi Informasi, terutama dalam sosialisasi tentang pelaksanaan keterbukaan informasi di tanah air.
“Saya berharap kehadiran FJKIP sosialisasikan keterbukaan informasi dapat memudahkan bangsa Indonesia mencapai kesejahteraan sebagaimana tujuan dari pelaksanaan UU KIP,” tukasnya.
Gede Narayana menilai, implementasi KIP di Sumbar sudah cukup baik. Namun begitu, ia berharap ke depan, DPRD Sumbar bisa memperhatikan dari segi anggaran.
Ia menambahkan, dengan keterbukaan informasi publik, maka bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemudian, juga bisa meningkatkan kualitas individu karena tata kelola menjadi lebih baik.
Ketua Bidang Regulasi dan Kebijakan Publik KI Pusat Muhammad Syahyan mengungkapkan, bahwa para jurnalis dapat menggunakan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) untuk memperoleh data dan informasi dalam peliputan investigasi. Sebab jika menggunakan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, maka narasumber bisa menyatakan no comment yang harus dipatuhi wartawan, sehingga tidak memperolah informasi yang dibutuhkan untuk penulisan berita.
“Namun jika menggunakan UU KIP maka narasumber harus menyediakan sesuai ketentuan undang-undang,” terang Syahyan.
Selanjutnya pada Selasa (5/11), KI Sumbar bersama FJKIP melakukan pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan di Gedung G, Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan.
Adrian Tuswandi mengungkapkan, dipilihnya Pemprov DKI Jakarta sebagai studi tiru, karena provinsi ini pada 2018 lalu berhasil meraih prediket provinsi informatif.
“Kita ingin menggali dan mengetahui tips sehingga Pemprov DKI Jakarta bisa meraih prediket provinsi informatif,” bebernya.
Anies menyambut baik kedatangan KI Sumbar dan FJKIP ini.
“Kami bersyukur dengan kehadiran dari rombongan Sumbar ini. Sebab bisa saling bertukar informasi dan pengalaman. Karena pada intinya, inspirasi itu selalu muncul dari interaksi. Mudah-mudahan interaksi kali ini membawa inspirasi kepada kami,” ucapnya.
Anies menjelaskan, sebagai ibukota, apa-apa saja yang dikerjakan di Jakarta bisa menjadi informasi publik. Tapi itulah yang membuat dinamikanya menjadi unik.
“Itulah Jakarta, kami merasa bersyukur dengan partisipasi publik yang begitu intensif, maka kita semua terdorong untuk memastikan apa yang kita kerjakan, sepenuhnya untuk masyarakat. Dengan begitu, kita bisa bekerja dengan lebih serius. Kemudian, kita bisa mendorong progres lebih baik,” tandasnya.
Sejak Kecil Ingin ke Bukittinggi
Pada pertemuan tersebut, Anies mengungkapkan bahwa sejak kecil ia sangat ingin datang ke Bukittinggi. Hal ini dikarenakan, sejak kecil, Anies selalu membaca tentang tokoh-tokoh nasional. Dan hampir semua tokoh nasional itu berasal dari Sumbar. Mulai dari M Hatta, Sutan Sjahril dan M Natsir.
“Jadi kepingin rasanya lihat Ngarai Sianok. Sewaktu kuliah, saya naik kendaraan umum dari Yogyakarta ke Sumbar, sendirian,” sebutnya.
Akhirnya terang Anies, ia sampai di Bukittinggi dan bisa melihat Jam Gadang yang selama ini hanya diketahui lewat buku. Namun Anies terlihat kecewa, karena Jam Gadangnya yang ia lihat, berbeda dengan yang ia bayangkan selama ini.
“Ternyata (Jam Gadang) kecil juga ya, saya kira besar. Betapa indahnya kata-kata itu. Jadi bayangan saya, Jam Gadang itu luar biasa. Itu memang, kata-kata lebih indah dari aslinya,” ujar Anies berseloroh dan berharap bisa datang lagi ke Sumbar. (uki)