RADEN SALEH, METRO – Dinas Sosial (Dinsos) Kota Padang bakal gencar merazia Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) atau anak jalanan (anjal). Bukan sekadar menertibkan, namun juga dilakukan pembinaan untuk mengentas angka putus sekolah.
Sepanjang 2019 ini, tercatat sudah 25 anak jalanan dibina, pembinaan dilakukan di Bataliyon 133 Yudha Sakti. “Tahun ini, Dinsos sudah menertibkan 25 anak jalanan, mereka dilatih di Yudha Sakti. Kemudian yang sudah dilatih ada yang kembali ke orangtuanya dan ada yang kembali bersekolah,” kata Kepala Dinsos Kota Padang Afriadi, Kamis (10/10).
Dinsos melakukan pembinaan anak jalanan bekerja sama dengan Batalyon 133 Yudha Sakti. Selama 10 anak jalanan diberikan berbagai pengetahuan agar mereka sadar akan potensi mereka dan masa depan mereka ke depan.
“Kebanyakan untuk tahun ini mereka berasal dari Padang, tapi ada juga dari daerah lain. Namun tetap kita didik karena sudah dijaring setelah itu kita kembalikan ke orangtuanya,” ujar Afriadi.
Dari 25 anjal tersebut, ada 1 orang yang kembali turun ke jalan. Menurut dia, hal ini dipicu karena faktor pergaulan. Sehingga, Dinsos mengambil langkah dengan meneken surat pernyataan karena penyandang masalah kesejahteraan sosial yang kembali tertangkap berada di bawah naungan Yudha Sakti.
“Ada satu orang yang turun ke jalan, mungkin karena ikut-ikutan dengan temannya. Ketika dilakukan razia, temannya ketangkap dan dia dapat juga. Sudah ditekan surat pernyataan dan sudah diserahkan pada orangtuanya,” jelas Afriadi.
Kendati demikian, setelah mengikuti pembina di Bataliyon 133 Yuda Sakti, anak-anak jalanan banyak yang jera. Sama-sama diketahui pembinaan Bataliyon itu keras. Apalagi jika dibanding tahun 2018, pihaknya membina 35 anak jalanan. Angka tersebut terus menurun dari tahun ke tahun.
Afriadi menuturkan, rata-rata anak jalanan yang terjaring razia berumur 16-18 tahun. Maka dari itu, pihaknya berupaya agar mereka yang putus sekolah dapat meneruskan pendidikannya. Sementara, bagi yang berusia produktif dapat bekerja sesuai bidangnya dan tidak kembali turun ke jalan.
“Kalau kita dari dinas sosial sering menemukan yang umur 18 tahun, tapi yang kemarin ini rata-rata 16 tahun. Kalau berada di atas 18 tahun diserahkan pada kepolisian. Kalau bukan orang Padang kita kembalikan ke kota asal mereka,” sebut Afriadi.
Mayoritas yang menjadi alasan mereka turun ke jalan karena faktor kurang kasih sayang dari orang tua,sehingga anak jalanan ini ingin menunjukkan ke keluarganya mampu mencari uang sendiri. Tetapi ada pula disebabkan oleh faktor putus sekolah lantaran tak ada biaya.
“Faktor keluarga, kadang-kadang orangtua mereka sibuk kerja. Jadi mereka kurang perhatian, kebanyakan karena kurang kasih sayang, ada juga karena faktor ekomomi,” tutur Afriadi.
Terakhir, Afriadi berharap agar program Pemko Padang terkait 18 21 dapat terealisasi. Menurut dia, program 18 21 pada pukul 18.00 WIB hingga 21.00 WIB ini di antaranya mengambil gadget dari anak, mengajak shalat, dan mematikan televisi sehingga orangtua bisa membangun komunikasi dengan anak.
Terpisah, Anggota Komisi IV membidangi Kesejahteraan Rakyat, Zalmadi mengaku prihatin masih banyak anak jalanan, hingga gepeng di jalanan, pusat keramaian, lampu merah, serta tempat ibadah. Kondisi ini membuktikan masih lemahnya bahkan kurangnya perhatian Satpol PP Kota Padang dalam mengatasi persoalan tersebut.
“Kita minta Satpol PP serius menertibkan anak jalanan ini. Baik itu dengan melakukan razia rutin,” kata Politisi dari Partai Berkarya itu. (mil)