PADANG, METRO – Masyarakat Sumatera Barat diharapkan jangan sampai terpancing dengan isu-isu yang mengait-ngaitkan peristiwa kerusuhan di Wamena, Papua, karena perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Semua pihak mestinya bisa menahan diri dan memberikan kepercayaan kepada pemerintah untuk meredam konflik yang terjadi di daerah tersebut.
Hal ini disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Eka Putra Wirman . Menurutnya, dalam menyikapi persolan tersebut serta memandang konflik yang terjadi, seharusnya publik lebih mengedepankan sikap solidaritas kemanusiaan dari pada solidaritas kedaerahan.
Dia juga sangat meyakini, masyarakat Minang di Sumatera Barat lebih mengutamakan sikap solidaritas kemanusian dan tidak akan terprovokasi dalam menyikapi persoalan tersebut. Masyarakat Minang memiliki watak yang tidak anarkis dan memiliki jiwa yang damai. Meski muncul sikap tidak menerima, namun itu masih dalam batas kewajaran.
Melihat persoalan ini, masyarakat diharapkan jangan terpengaruh isu hoax yang menyerbar di media sosial yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Negara juga harus hadir menyelesaikan konflik yang terjadi di Wamena. Sebab, persoalan yang terjadi di sana bukanlah persoalan sepele. Apalagi sudah banyak warga yang kehilangan nyawa.
Dia juga meyakini, dengan kehadiran dan keseriusan pemerintah serta aparat keamanan dalam mengantisipasi keamanan di daerah Wamena. Tidak akan lama lagi konflik yang terjadi di daerah itu bisa ditasi.
Sementara itu, LKAAM Sumbar M Sayuti Datuak Rajo Pangulu juga meminta masyarakat Sumatera Barat agar tidak terprovokasi atau melakukan balas dendam ke masyarakat Papua terkait kerusuhan di Wamena.
Menurutnya, menerima kejadian ini harus dengan hati yang lapang dan muka yang jernih atau ikhlas. Mereka yang menjadi korban tidak hanya orang Minang saja, melainkan semua perantau di sana termasuk orang Bugis, dan Jawa.
Ia juga menyakini, perantau Minang agar selalu memakai prinsip di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Dia akan pandai menyesuaikan diri dengan kondisi di rantau. Orang Minang yang hendak merantau selalu mengutamakan prinsip ibu dicari dunsanak cari, induk samang cari dahulu atau cari dulu pemuka masyarakatnya.
Dia juga berharap pemerintah terus menegakkan hukum seadil-adilnya terhadap pelaku-pelaku yang melakukan kerusuhan dan pembunuhan terhadap masyarakat yang tak berdosa di Wamena. Pelaku harus di diproses se adil-adilnya secara hukum.
Para perantau Minang yang masih bertahan di Papua, dia mengimbau agar tetaplah waspada dan terus melanjutkan usahanya. Terus bersabar sampai kondisinya dinyatakan aman. Sementara bagi sanak saudara yang ingin kembali ke kampung halaman mari diterima dengan senang hati. (hsb)