DHARMASRAYA, METRO – Semarak Festival Pamalayu dan peringatan hari Kemaritiman Nasional yang ke -55 tahun 2019, semakin semarak karena Bupati Sutan Riska Tuanku Kerajaan menyumbangkan seekor Kabau Putih kesayangannya yang ditaksir seharga Rp 400 juta. Kemudian, dirandang kaum emak-emak untuk jamuan makan bajamba bagi tamu kehormatan dan ninik mamak beserta masyarakat yamg menghadiri alek Arumg Pamalayu, Senin (23/9).
Semangat dan partisipasi warga Kabupaten Dharmasraya dalam menyiapkan peringatan hari kemaritiman nasional, membuat hati pemimpin muda Dharmasraya setelah melihat semangat gotong royong emak-emak memasak randang kerbau putih kesayangannya. Kerbau putih yang diprediksi seharga Rp 400 juta itu akhirnya disembelih ketua MUI Dharmasraya, Buya Aminullah Salam untuk menjamu sekitar 12.000 rakyat yang datang ikut memeriahkan hari maritim.
“Kalau saya lagi galau, biasanya saya main ke kandang dan melihat kerbau putih, hati saya ikut damai. sekarang setiap saya datang ke tempat ini melihat kaum ibu selalu bergotong-royong, memasak, mencari kayu dan ikut juga membersihkan lokasi ini. Biarlah saya sumbangkan kerbau kesayangan untuk dipotong dan dagingnya dimakan bersama sama. Mudah mudahan Allah SWT memberkahi bantuan ini,” ujar Bupati Sutan Riska, Senin (23/9).
Sutan Riska menambahkan, peringatan hari maritim nasional sudah lama tidak dilakukan. Hari maritim ditetapkan pada tahun 1964 semasa kepemimpinan Presiden Soekarno. Pada zaman Presiden Soeharto, hari kemaritiman diperingati di Manado tahun 1967. Dan setelah itu, hari kemaritiman tidak pernah diperingati lagi secara nasional, meskipun setiap tahun para pejabat selalu memberikan ucapan selamat bagi hari maritim nasional.
Sutan Riska menjelaskan, bahwa Kabupaten Dharmasraya dalam kesempatan Festival Pamalayu, mengkhususkan satu agenda, yaitu Arung Pamalayu. Agenda tersebut sekaligus merupakan bentuk peringatan hari maritim nasional.
“Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten yang peduli soal kemaritiman dengan melaksanakan peringatan hari maritim nasional setelah 52 tahun tidak pernah diperingati,” ujar Bupati Muda nan energik tersebut.
Peringatan hari maritim di Kabupaten Dharmasraya mengangkat masalah sungai yang notabene merupakan urat nadi kebudayaan bangsa samudra. Sungai terbesar di Kabupaten Dharmasraya adalah sungai Batanghari, dimana melintasi delapan kabupaten dan tiga provinsi di Sumatera. Menurut Bupati, Sungai Batanghari adalah urat nadi kebudayaan bangsa maritim.
“Di sekitar sungai ini ada kehidupan. Ada sumber daya alam yang besar. Jika tidak, mungkin nenek moyang kita tidak mungkin ada disini. Oleh karena itu, mari kita berdayakan sungai ini, kita rawat, kita lestarikan dan kita manfaatkan untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama,” ujar Sutan Riska
Bupati Sutan Riska juga bersyukur atas terselenggaranya Arung Pamalayu dan peringatan hari maritim nasional.
“Alhamdulillaah, atas kehendak Allah SWT acara Peringatan Hari Maritim Nasional 23 September berjalan lancar dan atas rahmat Allah SWT setelah sekian lama kemarau, akhirnya hujan turun,” katanya
Sutan Riska juga mengapresiasi atas kerja sama dari semua pihak atas terlaksananya kegiatan ini dengan sukses.
“Saya dan Pak Wakil Bupati mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Dari hitungan sementara di lapangan, perputaran uang sejak persiapan acara awal September lalu, mencapai Rp 2,5 miliar. Uang itu bergerak dari penjualan baju, topi, souvenir, makanan, dan permainan anak lainnya,” jelas Bupati
Sutan Riska menambahkan, untuk penjualan baju festival pamalayu saja, yang terdeteksi penjualnya sejak awal September mencapai 10.000 lembar. Harga satuan baju mencapai 100.000 hingga 120.000. Penjualnya terdiri dari BUMNAG hingga personal. Maka tidak mengherankan jika warga yang hadir kemarin hampir semuanya memakai baju Festival Pamalayu.
Selain itu, pengakuan pedagang makanan dan minuman di lokasi jual beli satu warung di angka 6 sampai 10 juta. Sedangkan orang yang berjualan di lokasi acara mencapai 200 lebih. Dan kebanyakan pedagang, di jam 16.00 WIB saja dagangan mereka sudah habis.
“Kegiatan ini, baru permulaan dari Festival Pamalayu. Akan masih ada di bulan Oktober, dan puncaknya di tanggal 1 sampai 7 Januari 2020,” sebut Bupati
Ia berharap agar kegiatan ini menjadi gerbang menuju pengembangan dunia Pariwisata Dharmasraya dan memperkuat budaya bangsa. Ke depan, muncul gerakan-gerakan pengembangan potensi wisata oleh masyarakat dan pemerintahan nagari. Kita punya jaringan-jaringan yang bisa membantu kita dalam konsep dan pengembangan.
Acara kemarin, adalah bukti, bahwa kekuatan kebersamaan warga Dharmasraya bisa menjadi aset kita memajukan negeri tercinta ini. “Bayangkan saja, dengan dana APBD sekitar Rp 150 juta, bisa melahirkan perputaran uang hingga Rp 2,5 M. Hal ini tidak akan bisa terwujud jika masyarakat dan Pemda tidak bergandengan tangan,” ujar bupati. (g)