Foto Presiden Diturunkan dan Dibakar, Dinding Dilukisi Alat Kelamin
PADANG, METRO – Pergerakan ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM se-Sumbar dalam menyuarakan aspirasinya semakin ganas. Setelah berhasil menerobos barikade aparat kepolisian dan menduduki gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat, sejumlah mahasiswa melakukan pengerusakan aset DPRD. Rabu (25/9).
Unjuk rasa di gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat dilakukan, setelah sehari sebelumnya (Selasa 24/9) mahasiswa melakukan aksi demo di kantor Gubernur Sumbar. Ribuan mahasiswa yang memadati halaman dan gedung DPRD, tak sebanding dengan jumlah kepolisian yang melakukan pengamanan.
Meski sempat dorong-dorongan, mahasiswa akhirnya berhasil menduduki gedung putih itu setelah personel pengamanan dari kepolisian tidak dapat membendung desakan mahasiswa yang ingin masuk ke dalam gedung DPRD. Di dalam gedung DPRD, mahasiswa melakukan aksi corat-coret dinding menggunakan cat semprot. Mereka juga terlihat merusak beberapa fasilitas seperti meja, kursi serta kaca pintu. Akibatnya serpihan-serpihan kaca berserakan di dalam gedung.
Awalnya, mahasiswa datang ke kantor DPRD Provinsi Sumbar sekitar pukul 10.00 WIB menggunakan almamater kampus mereka masing-masing serta membawa spanduk dengan berbagai macam tulisan yang tujuan kepada pemerintah baik pusat maupun daerah.
Setelah berorasi selama lebih kurang dua jam, mereka akhirnya di temui beberapa perwakilan anggota Dewan seperti Irwan Afriadi dari Fraksi Nasdem. Dalam kesempatan itu, mahasiswa menyampaikan beberapa tuntutannya terhadap dewan terkait penolakan terhadap revisi RUUKPK yang telah disahkan, menolak RUU Pertanahan, RUU Pemasyrakatan, serta RUU Ketenagakerjaan.
Selain itu, mereka juga meminta presiden mengadili pelaku pembakaran hutan termasuk koorporasi yang ada di dalamnya. Selanjutnya tuntutan tersebut di tanda tangani diatas materai. Selanjutnya, tuntutan tersebut di sampaikan langsung kepada Presiden dan DPR RI.
Namun setelah penandatangan tersebut dilakukan, pada pukul 13.30 WIB, mahasiswa meminta untuk masuk ke gedung DPRD dan di izinkan oleh anggota dewan, dengan catatan, hanya perwakilan atau korlap masing-masing kampus.
Di saat masing-masing Korlap memasuki gedung, ternyata memantik reaksi massa yang lain untuk masuk ke dalam gedung secara bersama-sama.
Personel pengamanan langsung membuat barikade agar massa tidak masuk ke dalam gedung. Dengan jumlah petugas lebih kurang 350 personel, ternyata tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang ribuan. Aksi saling dorong antara petugas dan mahasiswa tidak terelakkan, mereka pun akhirnya berhasil menembus barikade pengamanan dan masuk ke dalam gedung.
Di dalam gedung, massa terlihat anarkis dengan mencoret dinding dalam ruangan dengan kata-kata yang kurang pantas untuk dilihat serta gambar gambar alat kelamin. Selain itu, di ruang paripurna pun diacak-acak. Kursi dan meja anggota dewan yang terkhormat jungkir balik. Ada juga yang berupaya membakar kursi, namun sebelum api membesar petuas langsung mematikannya.
Pecahan kaca pun berserakan di dalam ruangan. Pecahan kaca itu berasal dari kaca pintu dan kaca meja yang di rusak. Tidak itu saja, foto presiden RI yang ada di di bagian dinding depan ruangan paripurna pun diturunkan dan membakarnya di halaman gedung bersama sejumlah berkas yang mereka ambil dari dalam.
Usai melakukan aksinya di dalam gedung DPRD. sekitar pukul 16.00 WIB akhirnya massa keluar dari dalam gedung dan kembali keluar untuk berkumpul di halaman gedung untuk berorasi kembali. Akhirnya sekitar pukul 16.45 WIB massa membubarkan diri yang di iringi dengan turunnya hujan.
Salah satu Korlap Aksi Ahmad Rizal mengatakan, aksi ini dilakukan mewakili suara masayarakat yang sangat kecewa dengan tindakan dan prilaku rezim. “Kami mewakili suara masyarakat yang sangat kecewa dengan tindak atau perilaku rezim pemerintaham sekarang ini,” tegasnya.
Untuk itu, masyarakat melalui mahasiswa memohon kepada pemerintah, dengarkan aspirasi masyarakat dengan baik. Jika pemerintah mendengarkan dengan baik, maka mahasiswa pun akan menyampaikan dengan baik juga.
Terkait massa yang anarkis di dalam gedung DPRD, Ahmad Rizal mengatakan, hal tersebut disebabkan anggota dewan yang tidak mau mengadakan sidang bersama mereka di dalam gedung.
“Lihatlah keadaan di DPRD Sumbar ini, kami anarkis karena tidak ada satupun anggota DPRD yang mau bersidang di depan ruangan ini, kemana mereka? Mereka mengatakanakan mengirimkan surat, surat kemana, tapi tidak ada konfirmasinya,”tegasnya.
Sementara itu, anggota DPRD Fraksi Nasdem Irwan Afriadi mangatakan, pihaknya akan selalu menanggapi tuntutan dan aspirasi dari peserta aksi.
“Kita di anggota DPRD ini pro aktiflah menanggapi aspirasi mahasiswa, Kita juga langsung menyurati dan mengakomodir keinginannya untuk menyurati DPR RI dan Presiden,”ujar Irwan.
Dikatakannya, setelah tuntutan mahasisa ditandatangani, ternyata masih ada tuntutan lainnya, sehingga pihaknya membuka mediasi dengan mengundang perwakilan massa ke ruang mediasi.
“Kita buka ruang mediasi untuk sekitar 70-100 orang. Kami undang ke dalam, tapi saat kita rapat di ruang khusus satu, di luar ada yang anarkis dan menerobos masuk ke dalam dan menghancurkan segala yang ada di dalam gedung,”ungkapnya.
Di katakannya, secara lembaga dan bernegara hukum, perbuatan ini telah melawan hukum dan harus ditindak.
“ Pengerusakan yang dilakukan itu sudah mengarah pada penjarahan. Berkas saya, tas saya hilang, dokumen didalam tas saya, pasport, dokumem perusahan hilang di sana. Kita dalam bernegara hukum perbuatan seperti ini tidak bisa dibiarkan,” tegasnya.
Menurutnya, aksi tersebut bisa berujung anarkis karena adanya pihak-pihak yang menukanginya.
“Kita melihat tidak ada kesamaan visi. Ada mahasiswa yang anarkis dan ada tidak anarkis. Kita menduga ini pasi ada yang menunggangi,” pungkasnya. (r)