AZIZCHAN, METRO – Lebih dari sebulan kabut asap kiriman cukup tebal akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dari provinsi tetangga, Riau dan Jambi menyelimuti di langit Ranah Minang. Sejauh ini, belum ada sekolah yang diliburkan. Alasannya, harus ada Surat Edaran (SE) dari Wali Kota Padang Mahyeldi terhadap tindakan pengamanan dampak asap.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang, Barlius saat dihubungi POSMETRO, Jumat (13/9). Kendati demikian, Disdik telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh sekolah agar mengurangi aktivitas di luar ruangan sekolah. Hal ini sekaitan dengan perihal kualitas udara di Kota Padang semakin menurun.
“Belum ada (instruksi libur sekolah, red). Karena belum ada surat edaran dari Pemko. Kita mengantisipasi sekarang mengurangi belajar di luar ruangan seperti, kegiatan olahraga agar dilakukan di dalam ruangan,” kata Barlius.
Selain itu, Barlius juga mengimbau kepada seluruh siswa-siswi untuk memakai masker untuk menghindari dampak kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Karena dia menilai anak-anak sangat rentan terdampak jerubu karhutla. Kemudian hal itu dapat mencegah dampak buruk kabut asap karhutla.
“Kita imbau anak-anak menggunakan masker agar terhindar dari bahaya jerubu kabut asap,” imbau Barlius.
Akibat asap kebakaran hutan dan lahan itu, kualitas udara Sumbar menurun dari kondisi sehat ke sedang. Pemerintah Provinsi Sumbar melalui BPBD Sumbar, serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumbar menurunkan personel membagikan masker kepada warga untuk mengantisipasi dampak kabut asap.
Kepala DLH Sumbar Siti Aisyah, mengungkapkan dari pantauan Dinas Lingkungan Hidup Sumbar, pada 10 September itu partikel debu PM 10 tercatat hanya 25 mg/m3. Namun, pada 12 September melonjak drastis menjadi 96. Menurut dia, dampak yang paling dirasakan adalah di daerah perbatasan.
“Seperti sejumlah daerah yang berbatasan langsung dengan Riau yaitu Limapuluh Kota, Pasaman, dan untuk Jambi yaitu Solok, Dharmasraya, Sijunjung dan lainnya,” jelas Siti Aisyah.
Siti Aisyah menilai, ini bukan hanya asap saja, tet
api partikel debu lebih besar dari 96, masyarakat bisa melihat alat pemantau yang terpasang di kantor gubernur. Untuk itu, dia meminta siswa melakukan aktivitas di luar ruangan seperti kegiatan olahraga, upacara dan lainnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun BIM terdapat titik panas (hot spot) dengan tingkat kepercayaan tinggi antara 81-100 persen di tiga kabupaten di Sumbar yakni, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kabupaten Pasaman.
“Berdasarkan satelit Terra, Aquam, SNPP, dan NOAA20 terdapat titik panas di wilayah Sumbar di antaranya Kabaupaten Dharmasraya, Kecamatan Koto Baru ditemukan 3 hot spot, Kabupaten Dharmasraya Kecamatan Pulau Punjung ada 6, Kabupaten Pasaman Kecamatan Raomapat Tunggal ada 3, dan Kabupaten Pesisir Selatan Kecamatan Pancung Soal ada 4,” kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Statiun Minangkabau, Yudha Nugraha.
Sedangkan di wilayah provinsi lain sekitar Sumbar juga terdapat sejumlah titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi sekitar 80-100 persen yaitu, ada 16 titik panas di Sumbar, sebanyak 269 di Riau, 430 di Jambi, 20 di Sumatera Utara, 9 di Bengkulu, dan 437 di Sumatera Selatan.
Pantauan di lapangan, Jumat (13/9) pagi, sejumlah titik kawasan di Kota Padang seperti Jalan Juanda, hingga Khatib Sulaiman masih diselimuti kabut asap cukup tebal. Kondisi itu terjadi imbas kebakaran lahan dan hutan. (mil)