PARIAMAN, METRO – Kelompok nelayan Nareh Sakato adalah salah satu kelompok nelayan Kota Pariaman yang berada di Desa Nareh Satu, Kecamatan Pariaman Utara. Kelompok ini berdiri tahun 2005 dengan jumlah anggota 60 orang. Seiring berjalannya waktu dan beberapa permasalahan terjadi, saat ini Kelompok Nelayan Nareh Sakato beranggotakan 25 orang yang diketuai oleh Ibrawendi.
“Alhamdulillah saya dipercayai untuk menjadi ketua pada kelompok nelayan ini. Ada beberapa pengurus dalam menjalankan kelompok ini seperti bendahara, Mukni dan sekretaris, Syafrizal dengan tiga bidang yang kami kelola yaitu bidang budidaya, perdagangan dan bidang tangkap, “ ungkap Ketua Kelompok Nelayan Nareh Sakato Desa Nareh Satu, Ibrawendi, kemarin.
Penurunan jumlah anggota pada tahun 2019 ini tidak mempengaruhi aktifitas kelompok nelayan Nareh Sakato. 25 orang anggota kelompok adalah mereka yang aktif dan bisa dibina di kelompok nelayan ini.
“Ini memang sebuah kelompok nelayan, namun kita tetap punya aturan pada kelompok nelayan mulai dari aturan masuk menjadi anggota, surat perjanjian, membayar simpanan wajib dan pokok karena keaktifan kelompok nelayan ini akan dipantau oleh Pemerintah kota Pariaman melalui Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan,” ujarnya.
Kelompok nelayan ini dibentuk bertujuan untuk menambah pendapatan nelayan, bagaimana nelayan itu berinisiatif untuk kemajuan pendapatannya dalam menangkap ikan karena kalau dibiarkan nelayan itu sendiri tanpa ada yang mendampingi dan mengkoordinir, mereka akan lemah dan patah semangat.
“Banyak kegiatan yang dilaksanakan di kelompok nelayan Nareh Sakato, mulai dari pembinaan terhadap nelayan, mengikuti pelatihan yang ada sampai penerimaan bantuan dana Pembinaan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) dari Pemerintah Daerah, bantuan kapal, mesin dan alat tangkap,” terangnya.
Nelayan yang tergabung pada kelompok nelayan Nareh Sakato sampai saat ini menangkap ikan masih dengan cara manual, sehingga untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi sangat minim. Apalagi saat menghadapi permasalahan seperti musim badai dan bulan terang yang menyebabkan ikan tidak ada, namun kami pengurus sudah mengantisipasi hal tersebut agar nelayan dan keluarga tetap bisa makan dengan cara mengajukan ke desa untuk memberikan pelatihan dan membukan usaha bagi istri nelayan sehingga bisa membantu masalah keuangan keluarga.
“Dilihat dari hasil yang ditangkap para nelayan yang ada di kelompok ini memang berbeda – beda, namun meskipun begitu tidak membuat anggota menjadi pecah bahkan nelayan yang tergabung di kelompok ini bisa saling membantu sehingga perbedaan hasil tangkapan tidak begitu signifikan,” jelasnya.
Untuk penjualan kami pengurus tidak mengatur harus kemana dijual hasil tangkapan ikan karena itu adalah hak masing – masing nelayan, cuma ketika mereka tidak tahu lagi harus kemana menjual, pengurus langsung ambil tindakan untuk menjualkannya sehingga nelayan tidak rugi.
“Hasil tangkapan biasanya dijual kepasar – pasar yang ada di kota ataupun daerah tetangga. Ia berharap agar dengan adanya desa maritim dan aplikasi yang bisa membuat proses tangkap ikan lebih canggih lagi, para nelayan yang ada di Kota Pariaman bisa sejahtera layaknya masyarakat yang lain,” tandasnya.
Sebelumnya, Desa Nareh Satu adalah salah satu desa di Kota Pariaman yang terletak di pinggir pantai Kecamata Pariaman Utara Kota Pariaman. Mayoritas penduduknya adalah nelayan. Mengadu nasib sebagai seorang nelayan tidaklah hal yang mudah, mereka mempertaruhkan nyawa demi kelangsungan keluarga tercinta.
Untuk menjamin keselamatan dalam bekerja, Pemerintah Kota Pariaman menginstruksikan seluruh nelayan dibentuk dalam satu kelompok agar para nelayan yang tergabung dalam kelompok nelayan bisa terpantau perkembangannya, kesejahteraannya oleh pemerintah. (efa)