M YAMIN – Sejak ditutup tahun 2000-an, sudah jarang transportasi umum yang ngetem melintasi terminal di samping Balaikota lama ini. Efeknya, terminal angkot ini terlihat langang. Sekira tahun 1980-an hingga 90-an terminal itu padat merayap dengan sembilan jurusan angkot. Yakni, Pasar Raya-Indarung, Pasar Raya-Gadut, Pasar Raya-Ngalau, Pasar Raya-Teluk Bayur.
Lalu Pasar Raya-Jundul, Pasar Raya-Air Manis, Pasar Raya-Banuaran, Seberang Palinggam-Pasar Raya Padang, dan Cendana-Pasar Raya Padang. Pengamatan POSMETRO di lokasi, layaknya kawasan mati rumput nan kian memanjang membuat terminal tampak makin terabaikan. Ironisnya, rerumputan liar ’memakan’ pembatas jalan terminal. Plang-plang trayek masih berdiri kokoh hanya saja sudah ‘diselimuti’ karat.
Terminal di Simpang Balaikota lama nan mati itu, menjadi saksi bahwa kehidupan terus berganti. Tak ada agi antrean panjang dari sembilan jurusan angkot di kawasan ini, hanya ada pondok-pondok kecil sebagai pelepas lelah para pedagang.
Di terminal yang sudah tidak berfungsi ini, kita pun tahu kehidupan tak lantas mati. Karena masih tersirat berjuta harapan dari sejumlah masyarakat di kota Padang. Mereka berharap Kota Padang di usia 350 tahun bisa memiliki sebuah terminal yang layak. Seperti salah seorang pengunjung Pasar Raya Padang, Rasima mengatakan, kondisi semrawut di sekitar terminal Balaikota lama hampir terjadi setiap hari.
“Dulunya area ini adalah terminal angkot. Sekarang malah dijadikan tempat parkir, angkot berhenti sembarangan, ditambah kondisi jalan di tempat ini tidak bagus jadinya lihat lah macet kan, kita lewat menggunakan motor juga susah,” kata wanita berusia 63 tahun itu.
Menurut Rasima, pemerintah harus menghidupkan kembali terminal angkot untuk aktivitas berhenti transportasi umum. Sehingga tata ruang Kota Padang bisa rapi dan bersih, serta masyarakat tidak perlu jauh-jauh menunggu angkot.
Hal serupa juga diungkapkan oleh pengunjung pasar lainnya, Ismi Widarti. Dia mengatakan, keberadaan terminal angkot bisa digunakan untuk tempat pemberhentian dan naik penumpang. Dengan adanya terminal di dekat pusat perkonomian maka sangat membantu aktivitas warga.
“Kalau terminal di Balaikota aktif kembali, pasti warga sangat terbantu. Paling tidak bisa mengatasi kemacetan yang sering terjadi di kawasan ini, angkot-angkot yang ngetem di bahu jalan pastinya juga masuk ke terminal,” kata Ismi.
Kota Padang yang menjadi pusat ekonomi bagi warga rupanya masih ada permasalahan yang tersimpan, para sopir angkut pun tak luput berharap Padang memiliki terminal dan perlu penataan agar mereka tak lagi harsu berdebat dengan petugas.
Salah seorang sopir angkot jurusan Pasar Raya ke Indarung, Edi misalnya. Dia mengaku lebih memilih menunggu penumpang di depan Jalan Sandang Pangan, karena pengunjung pasar ramai di tempat tersebut. Selain itu banyak penumpang yang langsung naik angkot ketika selesai berbelanja.
“Harapan harus dihidupkan lagi. Kalau sekarang kan kalau dilihat terminal hanya dijadikan tempat berputar setelah mendapat penumpang di Jalan Sandang Pangan,” kata Edi.
Sebelumnya kondisi terminal yang tidak berfungsi direspon Pengamat Transportasi dari Universitas Andalas (Unand), Purnawan. Dia menilai keberadaan terminal keberangkatan bagi bus atau terminal tipe A dibutuhkan di Kota Padang untuk menampung trayek bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).
“Jika lihat kondisi eksistingnya, Kota Padang memiliki trayek bus luar AKDP dan AKAP, sehingga keberadaan terminal tipe sangat mendesak,” kata Purnawan, beberapa waktu lalu.
Menurut Purnawan, keberadaan terminal yang baik dan memadai tentunya sangat dibutuhkan asal tak terlalu jauh dari pusat keramaian atau perbatasan. Sebab jarak yang jauh dari pusat kota membuat sopir malas untuk masuk ke terminal. Ini menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan jajaran Pemko Padang, khususnya Dinas Perhubungan.
Purnawan yakin keberadaan terminal akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi warga. Serta semakin meningkatkan kecintaan warga terhadap Kota Padang. “Jadi sudah semestinya pemerintah membangun terminal. Apalagi Padang semakin hari semakin padat penduduknya,” tandas Purnawan. (mil)