Banjir bandang atau galodo di Kabupaten Pasaman.
PASAMAN, METRO–Sebanyak 26 orang warga Paraman Dareh, Nagari Aiamanggih, Kecamatan Lubuksikaping, Kabupaten Pasaman, korban bencana galodo mulai terjangkit penyakit pascabanjir bandang menghantam permukiman warga, Selasa (15/12) malam. Kemarin, empat unit posko kesehatan yang disiapkan Dinas Kesehatan (Dinkes) ramai dikunjungi warga. Sejumlah petugas medis pun dibuat kewalahan.
Informasi dihimpun di posko kesehatan itu, tercatat 10 balita, satu ibu hamil dan 15 orang dewasa mengeluh sakit. Kepada petugas, mereka mengeluhkan badan meriang (demam), ngilu, gatal-gatal serta pilek dan diare.
”Betul, dalam dua hari kami sudah melayani 26 warga yang mengeluh sakit. Umumnya, gatal-gatal, diare, batuk-pilek dan demam,” kata salah seorang petugas kesehatan setempat.
Sementara pantauan POSMETRO, infrastruktur jalan dan beberapa unit rumah warga di Paraman Dareh masih tergenang air luapan sungai Batang Paraman. Kondisi itu jelas mengancam keselamatan jiwa warga setempat, meski satu unit alat berat masih bekerja melakukan pengerukan aliran sungai.
Sisa-sisa material banjir masih menumpuk di lokasi bencana, termasuk potongan kayu berukuran besar yang diduga akibat aktivitas pembalakan liar di hulu sungai tersebut. Sejumlah petugas dan relawan seperti Tagana dan PMI masih sibuk membersihkan rumah warga.
Hingga Kamis (17/12), pembersihan serta evakuasi material banjir bandang masih terus dilakukan. Kayu-kayu besar dan endapan lumpur menjadi sasaran petugas.
Kabid Kedarurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar Pagar Negara, menjelaskan, kerugian akibat banjir bandang mencapai sekitar Rp2 miliar. Petugas BPBD setempat dan tim gabungan juga sudah menyalurkan bantuan logistik untuk warga dan para pengungsi, di sejumlah titik-titik pengungsian.
Data sementara yang diterima BPBD Sumbar, dari tujuh rumah yang tertimbun material banjir terparah, baru tiga unit rumah yang selesai dibersihkan. Masih ada sekitar 47 unit rumah lagi yang harus dibersihkan.
Tidak Ada
Tanggap Darurat
Sementara, Pemkab Pasaman tidak menetapkan masa tanggap darurat terkait peristiwa bencana banjir bandang yang melanda Paraman Dareh, Nagari Aiamanggih, Kecamatan Lubuksikaping. Hal itu ditegaskan Sekdakab A Syafei Siregar.
Kepada POSMETRO, ia mengatakan, bahwa Pemkab tidak memberlakukan masa tanggap darurat atas bencana banjir bandang. Alasannya, semua kerusakan akibat bencana sudah tercover dengan baik melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), seperti BPBD, Dinas PU, Dinas Kesehatan dan lainnya.
”Tidak ada masa tanggap darurat untuk bencana alam di Paraman Dareh,” tutur Syafei, Kamis (17/12).
Ia mengatakan, semua kerusakan di lokasi bencana sudah tertangani dengan baik oleh masing-masing instansi, Dinas Sosnaker. “Kecuali, SKPD terkait tidak mampu,” ujarnya singkat.
Padahal, biasanya setiap terjadi bencana masa tanggap darurat resmi ditetapkan oleh pemerintah terkait selama 14 hari lamanya. Dimulai seharipasca peristiwa bencana melanda. Namun, untuk bencana banjir bandang yang melanda ratusan kepala keluarga di Paraman Dareh itu tidak berlaku.
Untuk sejumlah kerusakan akibat bencana, kata Syafei, akan diperbaiki setelah bencana. Untuk bantuan dana, Syafei belum dapat memastikan berapa besaran dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan untuk belasan rumah warga, air bersih dan rumah ibadah.
Sementara, Kepala Dinas Sosnaker Pasaman M Fauzi mengatakan, pihaknya tidak menyiapkan bantuan sembako bagi para warga korban bencana. Pihaknya, kata dia, hanya mendirikan dapur umum untuk melayani kebutuhan para korban bencana dan juga para relawan.
”Kita tidak ada menyerahkan bantuan. Kita hanya menyiapkan nasi bungkus tiga kali sehari untuk makanan para korban, relawan dan petugas lainnya. Sebanyak 500 bungkus nasi kita siapkan dari dapur umum,” kata Fauzi, ketika dihubungi sedang berada di Kota Kupang.
Banjir bandang yang melanda permukiman warga Mudiakaia, Jorong Paraman Dareh, membuat sekitar 409 jiwa terpaksa mengungsi. Belasan unit rumah warga rusak berat, sisanya rusak sedang dan ringan. Selain itu banjir bandang dari sungai Batang Paraman merusak fasilitas umum, seperti air bersih, MCK dan tempat ibadah serta ratusan hektar sawah siap tanam.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Tapi, kerugian akibat banjir bandang tersebut ditaksir mencapai miliaran rupiah. Tak hanya itu, peristiwa itu juga menimbulkan trauma bagi warga. (y)