BUKITTINGGI, METRO – Pemerintah Kota Bukittinggi bersama stakeholder terkait, terus mensosialisasikan kepada masyarakat untuk mewaspadai berjangkitnya penyakit demam berdarah. Hal itu disebabkan mulai maraknya warga yang terserang penyakit demam berdarah sejak Januari 2019.
Bagian Pelayanan dari Rumah Sakit Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi, dr. Puti Leviana mengatakan sejak awal Januari 2019 lalu, pihaknya sudah cukup banyak menerima pasien demam berdarah. Bahkan sampai akhir Juni lalu, di Yarsi Bukittinggi tercatat sebanyak 60 pasien demam berdarah.
“Dari 60 pasien yang kita tangani. Ada tiga pasien yang meninggal dunia, khususnya di bulan Juni ini. Tentunya, dengan begitu banyak kejadian demam berdarah, sudah harus menjadi perhatian bersama untuk pencegaha. Harus disosialisasikan,” kata Puti Leviana.
Ketua Forum Kota Sehat (FKS) Bukittinggi, Hasnil Syarkawi, juga mengimbau kepada masyarakat untuk dapat melaksanakan program 3 M plus, menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, menimbun barang bekas dan kegiatan pembersihan berbasis lingkungan.
“Dengan pola hidup bersih, tentunya warga akan terbiasa dengan hidup sehat dan bisa mencegah terjangkitnya berbagai penyakit, termasuk DBD. Karena memang dasar kota sehat itu adalah kehidupan masyarakat sehat yang mandiri dan juga kawasan pemukiman sarana prasarana sehat,” jelasnya.
FKS sendiri juga telah melakukan berbagai upaya terutama penerapan pola 3 M plus dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Selain itu juga ada upaya lain dengan penilaian kelurahan sehat yang dilaksanakan pada 24 hingga 26 Juni lalu.
“Dalam penilaian itu, kita juga lakukan pembinaan kepada pokja kelurahan, agar dapat melaksanakan serta mensosialisasikan kepada masyarakat tentang program hidup bersih dan sehat,” ungkap Hasnil Syarkawi.
Sementara itu, Kabid kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Bukittinggi, dr. Salvi Raini, membenarkan, sejak awal Januari 2019 lalu, Bukittinggi mulai terserang DBD. Januari hingga Maret, situasinya masih terkendali, namun mulai April hingga Juni ini, kasusnya meningkat drastis.
“Data kami di Dinas Kesehatan, sampai Juni 2019, sudah ada 101 kasus dan 1 orang yang murni meninggal karena DBD. Jumlah ini sangat signfikan, karena pada 2018 lalu, jumlah kasus DBD di Bukittinggi berjumlah 115. Tapi itu jumlah satu tahun, sedangkan saat ini baru enam bulan sudah 101 kasus. Ini yang harus kita tekan lagi untuk antisipasi kedepannya,” jelas Salvi.
Bukittinggi memang telah ditetapkan sebagai kawasan endemik untuk kasus DBD, dimana setiap tahunnya, memang ada kasus DBD di kota ini. Untuk itu, pemko melalui dinas kesehatan terus mengimbau kepada warga untuk dapat menerapkan pola 3 M plus dengan PSN.
“Hal itu yang dapat memutus mata rantai perkembangan nyamuk aides aigypti yang biasa berkembang di dalam rumah dan nyamuk aides albopictus yang berkembang di lingkungan. Karena untuk fogging sendiri, hanya dapat antisipasi pada nyamuk dewasa, tidak pada telurnya. Selain itu, fogging pun juga akan menimbulkan efek lain pada kesehatan masyarakat,” jelasnya.
Dinas kesehatan juga telah menggerakkan puskesmas untuk mensosialisasikan kepada warga dalam antisipasi DBB.
“Intinya pada bagaimana warga mengubah sikap dan perilaku kepada hidup bersih dan sehat dengan memutus mata rantai perkembangan nyamuk Aedes Aigypti dan aedes Albopictus,” jelasnya. (u)