PAYAKUMBUH, METRO – Makanan khas randang yang diproduksi oleh salah satu IKM di Kota Payakumbuh, bernama Rendang Gadih, sekarang cukup terkenal di Kota Payakumbuh. Selain menguasai pasar Kota Payakumbuh, randang produksi Rendang Gadih ini telah berhasil menguasai pasar Sumbar, nasional dan internasional.
Randang produksi Rendang Gadih sudah dipasarkan ke beberapa daerah di Sumbar dan provinsi lain. Selain itu, juga sudah dipasarkan Jepang, Australia, Malaysia, hingga Jeddah, dengan pemasaran sesuai dengan pesanan permintaan. Pemasaran selain melalui offline, juga melalui online dengan memanfaatkan teknologi informasi media sosial (medsos).
Rendang Gadih didirikan oleh Dra Hj Anwida (57) dan suaminya, Drs Syafrudin, (68) sejak 1 September 2015 silam. Rumah produksi randang ini berada di Komplek Taman Firdaus, No AI, Kelurahan Payo Lansek, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh.
Anwida mengungkapkan, awal mula dirinya merintis usaha produksi randang ini, saat dirinya bersama suami memasuki masa pensiun sebagai pengawas SMK, SMA dan SMP. Waktu itu muncul motivasi dari anaknya yang ada usaha jual mobil dan motor, untuk buat usaha randang.
“Karena anak saya bilang makanan randang buatan saya enak, maka anak-anak saya memotivasi saya untuk buat usaha randang,” ujarnya.
Anwida pun menuruti keinginan anak-anaknya. Apalagi randang buatannya berhasil menjadi juara 1 saat mengikuti lomba di Jakarta waktu itu. Dirinya kemudian membuka usaha randang. “Anak-anak juga ikut membuat randang dengan belajar masak randang dari saya. Jadi randang yang saya produksi ini resep keluarga,” terang Anwida, didampingi suami dan anak-anaknya, saat menerima kunjungan Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, kemarin.
Nama Rendang Gadih diambil dari nama Anwida sewaktu kecil yang biasa dipanggil Gadih. Selain itu, nama Gadih juga memiliki makna identik dengan perempuan Minangkabau. Sedangkan nama Rendang yang seharusnya randang, diambil melalui kata pencarian terbanyak online dan media sosial.
Diakuinya, perjalanan untuk merintis usaha produksi randang ini melalui jalan yang cukup panjang. Dirinya bersama suami harus berpindah-pindah tempat untuk mengontrak tempat produksi randang.
Sekarang, Anwida dan keluarga menjadikan rumah pribadinya untuk memproduksi randang. Awalnya, Anwida dan keluarga hanya mampu memproduksi 15 kilogram per hari. Sekarang Rendang Gadih berhasil memproduksi 40 sampai 50 kilogram randang per hari.
Anwida pun terus melakukan inovasi terhadap randang. Berbagai varian makanan randang berhasil dibuatnya. Ilmunya diperoleh saat dirinya berdinas sebagai pengawas sekolah dulu, saat berkunjung ke sekolah sekolah. Termasuk juga, saat dirinya sebagai Ketua Majelis Taklim juga sering melihat dan mencoba randang masakan anggota majelis taklim.
“Kini Rendang Gadih tidak hanya memproduksi randang dari bahan sapi saja. Tetapi juga sudah memproduksi beberapa varian randang, seperti, rendang suir, paru, ayam, jengkol, rendang tumbuk dan iris,” ujar perempuan yang juga menjadi Ketua Koperasi Rendang Payo, Kota Payakumbuh ini.
Sales dan PPIC Manager Rendang Gadih, Witrya Damaeiyanti yang juga anak Anwida mengatakan, Rendang Gadih merupakan IKM binaan Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh. Saat ini, Rendang Gadih memiliki enam karyawan memasak dan delapan karyawan yang bertugas mengukur kelapa. Randang produksi Rendang Gadih sudah memenuhi selera pasar, karena rasanya selalu dikontrol.
Direktur Rendang Gadih, Dedy Syandera Putera mengatakan, langkah pertama yang dilakukan untuk mendirikan Rendang Gadih, adalah mengurus hak paten nama usahanya. Selain itu, juga mengurus label halal, demi mendapatkan kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk randang yang dihasilkan Rendang Gadih.
Rendang Gadih sudah punya market plan hingga 20 tahun ke depan. Di mana Rendang Gadih ini menjadi usaha produksi dengan tujuan akhir ekspor. Kehadiran Rendang gaih ini ke depan juga akan membantu warga sekitar yang putus sekolah, dapat direkrut menjadi karyawan, dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja.
Diakuinya, saat ini untuk memproduksi randang, pihaknya dihadapkan pada kendala bahan baku daging sapi.
“Daging selama ini daging lokal. Kita membelinya dengan harga Rp120 ribu per kilogram. Harga ini terlalu tinggi. Padahal ada daging di daerah lain di luar Sumbar, harganya bisa Rp80 ribu per kilogram,” keluhnya.
Kabid Koperasi dan UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh, Faizal mengatakan, pihaknya saat ini sedang memfasilitasi untuk membentuk koperasi yang akan memayungi Rendang Gadih ini nantinya.
“Saat ini sedang proses pra koperasi untuk mendirikan koperasi ini. Kita ingin melalui koperasi nanti, Payakumbuh menjadi sentra randang ke depan,” ujarnya.
Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, Yusrizal Chan didampingi, Kasubag Tata Usaha, Ance Yusran yang mengunjungi Rendang Gadih mengatakan, pihaknya juga ikut mendorong pemasaran Rendang Gadih.
Pemasaran dilakukan dengan melakukan promosi pada ivent-ivent promosi yang diselenggarakan bekerjasama dengan Dekranasda Sumbar. (fan)