SOLSEL, METRO – PT Supreme Energy Muaro Laboh (SEML) yang bergerak di bidang panas bumi, keberadaan di Solsel bukan saja membuka lapangan kerja. Namun dari dana bagi hasil keuntungan proyek panas bumi ini, semua kabupaten dan kota di Sumatera Barat akan menerima royalti.
Plan Manager PT Supreme Energy Muaralaboh, Yoza Jamal mengatakan, bagi hasil itu untuk seluruh kabupaten/kota di Sumbar. Mereka akan menerima royalti atau dana bagi hasil dari keuntungan proyek panas bumi di Nagari Saribu Rumah Gadang ini.
Namun terang Yoza, meski semua kabupaten kota mendapatkannya, tapi porsinya tentu tidak sama dengan daerah penghasil.
“Pemerintah akan mendapat 2,5 persen royalti dari keuntungan kotor panas bumi. Jumlah itu dibagi mulai dari pemerintah pusat, provinsi dan seluruh kabupaten/kota di Sumbar. Tapi porsi pembagiannya tentu tidak sebesar daerah penghasil,” ujarnya.
Ia menjelaskan, untuk Solsel sebagai kabupaten penghasil panas bumi mendapat dua jenis bagi hasil yaitu royalti dan bonus produksi. Untuk bonus besarannya 0,5 persen. Sedangkan royalti, Solsel juga mendapat porsi paling besar dibanding provinsi maupun kabupaten dan kota lainnya.
“Pembagian bonus dan royalti ini, besaran bagiannya sudah diatur undang-undang,” ungkapnya.
Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi pasal 30 (5) huruf b menjelaskan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Iuran Tetap dan Iuran Produksi, pembagiannya ditetapkan dengan pertimbangan 20 persen untuk pemerintah dan 80 persen untuk pemerintah daerah.
Kemudian pada ayat (6) menjelaskan Bagian Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dibagi dengan perincian Provinsi yang bersangkutan sebesar 16 persen, kabupaten/kota penghasil sebesar 32 persen. Sedangkan kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan sebesar 32 persen.
Untuk Sumbar sendiri terdapat 19 kabupaten/kota dan jatah Solsel sebagai penghasil 32 persen. Sedangkan 32 persen lagi akan dibagi untuk 18 daerah di sekitar.
Yoza mengungkapkan, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) oleh PT Supreme Energy akan mulai berproduksi pada 23 September 2019 dengan kapasitas 80 megawatt (MW). Saat ini proses pembangunannya sudah memasuki tahap finishing dan PLN juga sudah membuat Gardu Induk (GI) dan jaringan tegangan tinggi untuk menampung listrik dari PT Supreme Energy.
Ia menjelaskan, untuk mempersiapkan sumber daya manusia dalam pengoperasiannya, pihaknya sudah mengirimkan lima orang untuk magang di Singapura dengan keahlian sistem kontrol. Bahkan pada Juni 2019 juga akan dikirim lagi lima orang untuk magang ke Jepang untuk pengoperasian peralatan pembangkit.
“Peralatan pembangkit ini dibeli dari Jepang, supaya tenaga kerjanya mengerti mengoperasikan dan merawatnya, maka langsung dilatih di perusahaan pembuatnya,” pungkasnya. (afr)
