SUDIRMAN, METRO – Angkasa Pura II menyediakan layanan berupa posko mudik yang akan beroperasi H-7 hingga H+7 atau 29 Mei hingga 31 Juni mendatang di sekitar Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Posko ini didirikan demi memberikan fasilitas prima bagi para penumpang yang ingin mudik ke Ranah Minang.
”Posko disiapkan untuk pelayanan mudik yang terdiri atas semua stakeholder yang ada di BIM, kita akan memulai pada 29 Mei 2019,” kata Kepala Humas PT Angkasa Pura II BIM, Fendrick Sondra, Jumat (17/5).
Fendrick menyebutkan, posko ini berguna bagi para pengguna jasa yang ingin mengetahui informasi apapun terkait penerbangan. Layanan yang tersedia dalam posko ini diantaranya, data-data jumlah penumpang, prediksi kenaikan penumpang dan jadwal maskapai penerbangan.
”Insya Allah semuanya sudah dipersiapkan seperti tahun sebelumnya, mulai dari data-data sampai ke pelayanan lainnya,” ujar Fendrick.
Bahkan saat ini, sebut Fendrick, untuk mempermudah masyarakat mengetahui tarif batas atas dan bawah penumpang, pelayanan kelas ekonomi angkutan udara berjadwal dalam negeri untuk semua jurusan dari dan ke Padang, yang terpasang di bandara.
”Kita sesuai dengan instruksi dirjen Perhubungan Udara, pihak bandara akan melakukan pemantauan terkait tarif ambang batas tiket yang dilaporkan secara rutin kepada pusat,” ucap Fendrick.
Menurut Fendrick, sebelum H-1 lebaran akan terjadi lonjakan penumpang, baik yang datang maupun yang pergi dari BIM. Maka dari itu pula, dia berharap, kepada pemudik agar datang lebih awal di bandara agar tidak ketinggalan pesawat karena terjebak macet atau alasan lainnya.
Pendapatan Bandara Turun
Sementara itu, Executive General Manajer PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Dwi Ananda Wicaksana mengatakan, jumlah penumpang yang datang dan pergi mengalami penurunan hingga 20 persen. Hal ini, disebabkan oleh kenaikan tiket pesawat sejak awal 2019.
Selain jumlah penumpang ungkap Dwi, kenaikan tiket pesawat juga berdampak kepada pendapatan BIM. Kini, pendapatan itu turun sekitar 25 persen dari target rencana kerja dan anggaran (RKA) yang sudah dicanangkan oleh korporasi.
“Kita sudah lakukan berbagai upaya. Mulai dari segi maskapai maupun bersama regulator. Namun, kenyataannya tidak mudah untuk menghadapi keadaan seperti ini,” kata Dwi.
Menurut Dwi, berdasarkan data yang ada, jumlah penumpang yang datang dan pergi melalui BIM, hanya sekitar 7.000 hingga 8.000 per hari. Angka ini, sangat jauh jika dibandingkan dengan angka pergerakan penumpang tahun lalu yang per harinya mencapai 11.000 penumpang dengan jumlah penerbangan sebanyak 84 kali.
“Bahkan, sebagaimana kebiasaan pada tahun sebelumnya, pada dua minggu pertama bulan puasa, itu merupakan musim sepi penumpang, sehingga pergerakan penumpang semakin jauh turun ke angka empat ribu orang per hari,” ujar Dwi.
Dwi berharap, momen mudik lebaran ini mampu menormalkan kembali jumlah penerbangan, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, kemudian dapat membantu kembali pencapaian pendapatan BIM. (mil)


















