SAWAHLUNTO, METRO – Ketua Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kota Sawahlunto, Adi Muaris Khatib Kayo mengatakan, agar kemenakan dapat terus diawasi dan dibimbing, maka mamak diajak untuk lebih meningkatkan intensitas bertemu dengan kemenakan tersebut. Dengan kata lain, mamak janganlah sampai ‘jauh’ dari kemenakannya.
“Ini kuncinya, mamak hendaknya dekat dengan kemenakan. Sehingga peran dan fungsi mamak dalam mengawasi maupun membimbing kemenakan dapat terbantu dengan kedekatan itu,” tukas Adi Muaris saat silaturahmi dan buka bersama wali kota dan kepala desa/lurah bersama LKAAM, KAN, MUI, Bundo Kanduang dan unsur tokoh masyarakat lainnya, Rabu (15/5) di Rumah Dinas Wako.
Ia menambahkan, bahkan kalau bisa mamak hendaknya juga bisa mendapat kepercayaan dari kemenakan sebagai tempat mengadu atau menceritakan masalah – masalah yang mereka dapat.
“Kalau sekarang, kemenakan kalau bercerita atau curhat itu ke teman-temannya, atau ke orang-orang yang belum tentu bisa memberikan solusi yang sesuai dengan norma adat dan agama. Alangkah lebih bagusnya kalau kemenakan itu curhatnya ke mamak, sehingga dapat disampaikan pada mereka nasihat dan bimbingan,” kata Adi Muaris.
Adi Muaris juga mengimbau agar arisan atau pertemuan suku dapat digiatkan kembali.
“Pertemuan pertemuan suku itu sangat diperlukan. Selain meningkatkan silahturahmi, saling mengenal siapa mamak siapa kemenakan, siapa datuak dan lainnya, yang tak kalah penting juga dapat menjadi momen mamak menjemput aspirasi dari kemenakan dan suku,” ujar Adi Muaris.
Ajakan dan imbauan Ketua LKAAM tersebut didukung oleh Wali Kota Sawahlunto, Deri Asta. Hal tersebut, disampaikan wako juga sesuai dengan visi – misi Pemerintah Kota (Pemko) dalam memberdayakan nilai – nilai agama, adat dan budaya masyarakat.
“Kita dari pemerintah tentu mendukung hal ini. Salah satunya melalui unsur pemerintahan terdepan, yakni Pemerintahan Desa (Pemdes) itu dalam Anggaran Dana Desa (ADD) itu sudah ada mengakomodir kegiatan-kegiatan pengembangan agama, adat dan budaya di masyarakat. Jadi niniak mamak dan pemangku adat lainnya silahkan jalin terus koordinasi dan sinergi dengan pemerintahan desa setempat,” kata Deri.
Deri juga menyampaikan bahwa dalam mengawasi dan membimbing kemenakan, mamak dituntut untuk ‘berpandai – pandai’. Sebab untuk membimbing kemenakan yang berada dalam usia milenial tidak bisa dipaksakan, juga tidak bisa jika terlalu lunak.
“Kemenakan – kemenakan kita yang milenial ini mendekati dan membimbingnya harus ada trik – trik tertentu pula. Sebab anak – anak muda sekarang jika dipaksa dengan keras mereka malah balik melawan, sementara jika dengan lunak – lunak saja tidak diacuhkan. Jadi memang harus berpandai – pandai,” beber Deri. (zek)