JAKARTA, METRO–Ancaman siber yang kian kompleks, termasuk pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam serangan digital, membuat sektor pertahanan butuh penguatan sumber daya manusia (SDM).
Kondisi ini tercermin dari penandatanganan kontrak pelatihan keamanan siber dan AI bernilai puluhan juta dolar AS yang melibatkan sektor swasta dan institusi pertahanan.
Emiten keamanan siber PT ITSEC Asia Tbk (CYBR) mengungkapkan bahwa anak usahanya, PT ITSEC Cyber Academy, menandatangani kontrak kerja sama dengan PT Republik Technetronic Nusantara (RTN), penyedia layanan yang bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan (Kemhan).
Informasi tersebut diÂsampaikan dalam sesi keÂterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kontrak yang ditandatangani pada 24 Desember 2025 itu memiliki nilai komersial sekitar USD 60 juta atau berkisar Rp 1 triliun lebih, dengan masa pelaksanaan selama empat taÂhun.
Melalui kerja sama terÂsebut, ITSEC Cyber Academy ditunjuk sebagai peÂnyelenggara pelatihan keaÂmanan siber dan kecerdasan buatan dengan kuÂrikulum yang mengacu pada standar internasioÂnal.
Manajemen CYBR meÂnyampaikan bahwa Kementerian Pertahanan berÂperan sebagai enÂd-user dalam kerja sama ini. Sementara RTN bertindak sebagai mitra penyedia layanan.
ITSEC Cyber Academy berperan sebagai pelaksana program pelatihan sesuai ruang lingkup yang disepakati dalam kontrak.
Program pelatihan ini dirancang untuk membekali peserta dengan kemampuan praktis serta pemahaman terkini terkait lanskap ancaman siber global, termasuk pemanfaatan teknologi AI dalam skenario serangan maupun pertahanan.
Fokus pelatihan tidak hanya pada aspek teknis, tetapi juga kesiapan operasional dalam menghadapi dinamika ancaman digital yang terus berkembang.
Presiden Direktur ITSEC Asia, Patrick Rudolf Dannacher, mengatakan perkembangan ancaman siber ke depan akan semakin terorganisir dan memanfaatkan teknologi canggih, termasuk kecerdasan buatan.















